Negara Maju Berlomba-lomba Naikkan Suku Bunga, Sri Mulyani Beberkan Dampaknya ke Emerging Market
- youtube Sekretariat Presiden
VIVA Bisnis – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, saat ini respons kebijakan moneter berupa kenaikan suku bunga yang sangat cepat dan ekstrem, tengah marak dilakukan oleh negara-negara maju.
Hal itu sebagaimana yang dilakukan oleh Amerika Serikat saat ini, dengan policy rate-nya yang sudah mencapai 4,5 persen setelah mengalami level kenaikannya 75 bps, 75 bps, dan terakhir 50 bps.
"Ini menyebabkan level tercepat dan tertinggi di dalam sejarah kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Pengaruhnya, seluruh dunia terkena dampaknya," kata Sri Mulyani dalam telekonferensi di APBN KiTA, Selasa, 20 Desember 2022
Dia menambahkan, negara-negara Eropa saja yang selama tahun lalu atau awal tahun ini suku bunganya nol atau negatif, sekarang sudah berada pada level 2,5 persen.
"Bahkan sinyal dari bank sentral di Eropa juga menunjukkan bahwa kenaikan ini belum akan berhenti," ujarnya.
Selain itu, Inggris yang juga mengalami dampak ekonomi yang luar biasa dan gejolak di dalam perekonomian, juga sudah merespons hal yang sama melalui kenaikan suku bunga 3,5 persen dan dengan indikasi untuk terus naik.
Hal ini diakibatkan karena level inflasi di Eropa umumnya masih di kisaran double digit yakni di angka 10 persen, atau bahkan di Inggris yang sudah menyentuh 10,7 persen. "Sehingga level suku bunga yang sekarang ada di Eropa dan Inggris belum dianggap memadai untuk menjinakkan inflasi tersebut," kata menkeu.
Sementara itu, untuk inflasi Indonesia yang relatif baik dan bahkan dalam dua bulan terakhir menunjukkan penurunan yaitu di level 5,4 persen, Bank Indonesia (BI) juga telah melakukan respons dari kebijakan suku bunga policy rate-nya.
Hal itu pun tentunya bukan hanya karena inflasi semata, tapi juga karena diferensiasi dengan suku bunga-suku bunga yang berada di luar Indonesia terutama dari negara-negara maju. Sehingga, policy rate Indonesia saat ini ada di level 5,25 persen.
"Ini adalah lingkungan yang kita hadapi di dunia, dan dengan kenaikan suku bunga policy rate Bank Sentral dari negara-negara maju, bahkan negara emerging, tentu akan memengaruhi kinerja dari perekonomian masing-masing negara yang cenderung akan melemah karena memang untuk menjinakkan inflasi," ujarnya.