Surplus Neraca Dagang RI Berlanjut, Sri Mulyani: Bekal Kita Masuk 2023
- istimewa
VIVA Bisnis – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada November 2022 mengalami surplus US$5,16 miliar. Dengan hal itu maka tercatat neraca perdagangan RI sudah surplus selama 31 bulan berturut-turut.Â
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dengan surplusnya neraca dagang RI akan menjadi penopang bagi perekonomian untuk bertahan di tengah guncangan global saat ini.
"Ini akan memberikan ketahanan terhadap ekonomi kita. Dan ini juga menjadi faktor pendorong bagi perekonomian kita untuk bisa bertahan pada saat guncangan muncul saat suku bunga naik di negara negara maju," kata Sri Mulyani dalam diskusi virtual, Kamis, 15 Desember 2022.
Ani begitu sapaan akrabnya menuturkan, surplusnya neraca perdagangan RI juga didukung oleh neraca transaksi berjalan yang ikut surplus, serta transaksi dagang yang positif. Sehingga itu akan memberikan daya tahan terhadap pemulihan ekonomi Indonesia.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih akan tetap positif, ini tentu akan menjadi bekal kita untuk masuk ke 2023," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$5,16 miliar pada bulan November 2022. Capaian surplus ini tercatat yang ke 31 secara berturut-turut.Â
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah menjelaskan, surplus itu tercatat dari capaian ekspor November 2022 yang secara month to month (mtm) mencapai US$24,12 miliar, atau turun sebesar 2,46 persen dibanding bulan sebelumnya.
"Sementara impor pada bulan November 2022, secara month to month mencapai sebesar US$18,96 miliar atau turun 0,91 persen dibandingkan kondisi Oktober 2022," kata Habibullah.
Dia menambahkan, jika dilihat komposisi nilai ekspor, baik dari sisi migas maupun non-migas, tercatat bahwa ekspor migas turun sebesar -11,85 persen, atau secara nilai turun dari US$1,29 miliar menjadi US$1,14 miliar.
"Sementara untuk ekspor non-migas di November 2022 turun -1,94 persen atau dari US$23,44 miliar menjadi US$22,99 miliar," ujarnya.