Sri Mulyani Prediksi Tingginya Suku Bunga Jadi Tantangan RI di 6 Bulan Pertama 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • Anisa Aulia/VIVA.

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia beserta sejumlah negara maju lainnnya pada 2023 mendatang, adalah terkait dengan tingginya suku bunga.

Dibuka Menghijau, IHSG Bakal Lanjutkan Penguatan Seiring Kinclongnya Bursa Asia-Pasifik

Karenanya, Dia pun menegaskan bahwa para pemangku kebijakan, terutama di negara-negara maju, tentunya juga masih harus berjuang untuk menangani inflasi beserta dampak-dampak yang ditimbulkan karenanya.

"Kenaikan suku bunga dan pengetatan kebijakan memang didesain untuk memoderasi sisi permintaan. Supaya inflasinya juga tidak bergerak liar," kata Sri Mulyani dalam telekonferensi di acara 'Kompas100 CEO Forum XIII', Jumat 2 Desember 2022.

Bursa Asia Kinclong Seiring Indeks Australia Cetak Rekor, Investor Nantikan Sederet Data Ekonomi

Baca juga: Kebijakan Extraordinary Berakhir, Sri Mulyani Kembali Disiplinkan Fiskal 2023

Menkeu menambahkan, setidaknya tantangan ekonomi yang harus dihadapi akibat tingginya suku bunga itu, masih akan dirasakan oleh perekonomian nasional pada enam bulan pertama pada 2023 mendatang.

Bursa Asia Meriah, Kebahagiaan Investor atas Data Inflasi Jepang Jadi Pendorong

"Ini yang akan terjadi. Paling tidak, setengah tahun di tahun depan. Interest rate tinggi, inflasinya menurun mungkin secara bertahap. Itu risiko pertama yang harus kita lihat," ujarnya.

Dengan kondisi semacam itu, Sri Mulyani memastikan bahwa hal itu tentunya akan memberikan dampak bagi negara-negara maju. Sebab, sebagaimana yang diketahuinya dari beberapa pejabat di The Federal Reserve, kebijakan suku bunga tinggi ini memang akan relatif cukup lama terjadi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

Tak terkecuali dengan perekonomian Indonesia, yang dipastikan juga akan turut merasakan dampaknya. Antara lain yakni berupa keluarnya modal asing (capital outflow), sebagaimana yang sudah terjadi di pasar Surat Berharga Negara (SBN) saat ini.

"Itu yang sekarang kita rasakan, SBN kita termasuk yang terkena capital outflow dari non-resident. Jadi pemegang surat berharga asing itu kemudian keluar dari Indonesia, atau melepas SBN kita," kata Sri Mulyani.

"Dampaknya ke dalam perekonomian nasional tahun depan, seberapa resilience investasi kita tetap bisa bertahan, dalam kondisi kecenderungan suku bunga akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya