Rupiah Kembali Perkasa di Level Rp 15.421 per Dolar AS, RI Kebal dari Resesi Global? 

Rupiah Menguat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA Bisnis – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot menguat pada perdagangan Jumat pagi, 2 Desember 2022. Terpantau pukul 09.13 WIB rupiah menguat sebesar 141 poin atau 0,93 persen ke posisi Rp 15.421 per dolar AS, dibandingkan pada penutupan sebelumnya senilai Rp 15.562 per dolar AS.

5 Alasan Inflasi Tetap Terkendali Meski PPN Jadi 12 Persen pada 2025

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) terakhir atau kemarin sore, mematok rupiah di angka Rp 15.617 per dolar AS.

Analis PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pemerintah meyakini bahwa Indonesia kebal terhadap resesi global yang diprediksi akan terjadi pada 2023. Hal itu karena tingkat konsumsi dalam negeri yang cukup besar. 

Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp 16.153 Per Dolar AS Terdorong Hal Ini

Baca juga: IHSG Dipengaruhi Inflasi dan Kinerja PMI Manufaktur, Ini Saham Pilihannya

"Tetapi selain faktor konsumsi, ada aspek lain yang juga harus dipikirkan. Walaupun Indonesia kebal, namun, pemerintah tetap harus melakukan antisipasi agar Indonesia benar-benar tidak terdampak terlalu dalam," kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat 2 Desember 2022. 

Dibayangi Tekanan, Rupiah Menguat di Level Rp 16.309 per Dolar AS

Untuk tingkat konsumsi jelas Ibrahim, juga dipengaruhi oleh lapangan pekerjaan. Sebab ketika sektor manufaktur di Indonesia melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap buruhnya, maka tentu saja akan mengganggu tingkat konsumsi.

Ibrahim melanjutkan, Bank Indonesia juga merasa optimistis bahwa perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen pada 2022 di tengah tantangan risiko resesi yang menghantam dunia.

Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir
  

Selain itu, pengembangan hilirisasi sumber daya alam, pembangunan infrastruktur, dan pemulihan sektor pariwisata juga akan turut mengungkit perekonomian Indonesia ke depan. Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai, terutama dari sisi perekonomian global. 

Adapun untuk risiko yang perlu diwaspadai adalah Inflasi yang melonjak dipicu oleh harga energi dan pangan yang tinggi, suku bunga tinggi, penguatan dolar AS. Serta derasnya aliran modal asing yang keluar dari negara berkembang menambah ketidakpasian pasar keuangan.

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp 15.540 - Rp 15.590," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya