PMI Manufaktur Turun Tipis, Menperin Yakin Bakal Tetap di Zona Ekspansi
- Dok. Kemenperin
VIVA Bisnis – Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada November 2022 tercatat sebesar 50,3 atau menurun bila dibandingkan dengan Oktober 2022 yang sebesar 51,8. Meski menurun, pemerintah masih optimis PMI akan bertahan di zona ekspansi.
Pertumbuhan ekonomi global memang diprediksi melambat di tahun 2022 dan masih akan berlanjut pada 2023 mendatang. Meski demikian, sektor manufaktur Tanah Air diyakini masih menunjukkan optimisme dan berekspansi.
“Kondisi PMI manufaktur yang ekspansif ini patut disyukuri di tengah perlambatan ekonomi global. Hal ini berarti pelaku industri di Tanah Air tetap optimis dengan kondisi bisnisnya dan terus berekspansi,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya, Kamis 1 Desember 2022.
Agus mengatakan, kondisi PMI manufaktur pada November dipengaruhi oleh permintaan baru dan output yang turun. Namun masih terdapat pelaku industri yang melaporkan bahwa kondisi permintaan utama dan pemenangan klien baru mendukung keseluruhan ekspansi bisnis baru.
Adapun kondisi tersebut sejalan dengan hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dilakukan oleh Kemenperin. Hasil survei IKI bulan November 2022 yang telah dirilis pada 30 November 2022 juga menunjukkan penurunan produksi yang disebabkan oleh turunnya pesanan.
Meski demikian, industri manufaktur masih memiliki optimisme terhadap bisnisnya, dengan didukung daya beli masyarakat yang masih terjaga. Hal itu tercermin dari inflasi pada bulan Oktober sebesar 5,71 persen, selain itu persiapan perayaan Natal dan tahun baru di bulan ini juga mendukung peningkatan pesanan.
“Pertumbuhan ekonomi yang positif pada sejumlah negara mitra di triwulan III 2022, di antaranya China, Jepang, dan Amerika Serikat, juga menjadi sinyal yang mendukung kepercayaan diri para pelaku industri,” jelasnya.
Sementara itu kata dia, penurunan PMI manufaktur dari bulan sebelumnya terjadi di sejumlah negara ASEAN, seperti Vietnam (50, 6 turun ke 47,4), Malaysia (48,7 turun ke 47,9), dan Myanmar (45.7 turun ke 44,6).
Kondisi PMI manufaktur Indonesia juga lebih baik bila dibandingkan dengan Jepang (50,7 turun ke 49,0) maupun China dan Korea Selatan yang masih menunjukkan kontraksi di angka 49,4 dan 49.