The Fed Beri Sinyal Tahan Kenaikan Suku Bunga, Ekonom: Hati-hati

Uang dolar AS dan rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.

VIVA Bisnis – Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, Bank Indonesia (BI) harus terus mewaspadai dan berhati-hati terhadap sinyal the Fed yang akan menahan kenaikan suku bunga acuannya.

Pertumbuhan Ekonomi hingga Inflasi Dipastikan Terjaga PPN Jadi 12 Persen, Sistem Perpajakan Makin Kuat

Bhima mengatakan, jika the Fed menahan kenaikan suku bunga acuannya, hal itu akan akan berdampak positif bagi penguatan mata uang rupiah dan cadangan devisa RI.

"Tapi kalau melihat faktor dari aliran modal yang masuk ke sektor keuangan Indonesia, terutama dari luar negeri. Ini tidak hanya berkaca pada selisih bunga acuan Amerika dengan Bank Indonesia, tapi juga ada berbagai faktor risiko," ujar Bhima saat dihubungi VIVA Bisnis, Senin 28 November 2022.

Menjadi Akar Perekonomian Nasional, Menko Airlangga Dorong Koperasi Terus Tumbuh dan Beregenerasi

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 28 November 2022: Global dan Antam Masih Kehilangan Kilaunya

Bhima melanjutkan, faktor risiko itu diantaranya resesi ekonomi yang masih tetap mengancam yang mana itu akan mengganggu kinerja ekspor. Serta daya beli masyarakat, dan hal tersebut akan berdampak pada inflasi pangan dan energi.

Dibayangi Tekanan, Rupiah Menguat di Level Rp 16.309 per Dolar AS

"Itu juga bisa memicu respons dari suku bunga BI untuk naik lebih tinggi lagi tahun depan, karena bukan hanya ancaman naik turunnya suku bunga di Amerika. Tapi juga dari sisi suku bunga di negara lainnya Eropa kemudian di China dan juga inflasi di dalam negeri ini," jelasnya.

Menurutnya, dengan hal itu maka masih memungkinkan BI akan merespons dengan kembali menaikkan suku bunga acuan dalam rangka mengendalikan inflasi.

Gubernur Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell

Photo :
  • Twitter.com/@federalreserve

"Jadi kita masih perlu mewaspadai berita baik ini masih harus direspons dengan kehatian-hatian dan paket kebijakan moneter dan fiskal. Karena tekanan ekonomi masih akan terjadi di 2023, dan proyeksi pertumbuhan ekonomi mungkin bisa di bawah angka 5 persen di 2023 ke depan," ujarnya.

Tercatat, the Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak enam kali hingga saat ini. Terakhir the Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps), untuk menurunkan tingkat inflasi.

Salah satu pejabat the Fed James Bullard mengisyaratkan, Bank Sentral Amerika ini akan mempertahankan laju kenaikan suku bunga saat ini. Hal itu memberikan sinyal bahwa laku kenaikan suku bunga the Fed lebih lambat terjadi dalam waktu dekat.

Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.

Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp 16.153 Per Dolar AS Terdorong Hal Ini

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot menguat pada perdagangan Senin, 23 Desember 2024.

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024