Ekonomi Indonesia 2023 Aman, CSIS Ungkap Faktor Penopangnya
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA Bisnis – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 telah mengesahkan Deklarasi Pemimpin G20 yang menitikberatkan kepada kolaborasi untuk semua pihak dalam menghadapi tantangan krisis ekonomi global yang terjadi. Karena itu, diperlukan komitmen semua pihak dalam melakukan kerja sama kebijakan makro dengan agenda utama pemulihan global.
Tantangan krisis ekonomi global yang masih melanda diperkirakan akan menimbulkan gejolak yang bisa berdampak pada gejala resesi ekonomi global dan berpotensi menjadi lebih parah pada 2023.
Menurut Ketua Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar Hirawan, pihaknya optimistis ekonomi dalam negeri akan aman dari tekanan ekonomi global pada 2023. Menurutnya, terdapat faktor internal yang membuat pilar ekonomi domestik Tanah Air kuat.
“Ekonomi kita ditopang lebih dari 50% oleh konsumsi rumah tangga. Pasca pandemi, kita bisa lihat, masyarakat membelanjakan uangnya baik untuk konsumsi dan investasi, dari yang sebelumnya selama pandemi tertahan,” ujarnya dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat, 25 November 2022.
Ditopang Harga Komoditas
Di sisi lain, kata Fajar, ekonomi nasional masih beruntung karena ditopang harga komoditas yang saat ini sedang berada pada level tinggi di dunia.
“Indonesia masih aktif mengekspor barang-barang yang sifatnya ekstraktif, seperti kelapa sawit, batu bara dan lainnya, yang masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia,” katanya.
KTT G20 Untungkan Indonesia
Dampak penyelenggaraan KTT G20 yang telah menghasilkan beberapa kesepakatan, menurut Fajar, dinilai menguntungkan bagi Indonesia.
“Kita turut mengapresiasi. Poin penting lainnya dari pertemuan G20 ini ialah fokus menciptakan stabilitas di kawasan atau di dunia secara umum, itu kemudian akan berpengaruh pada stabilitas ekonomi di masing-masing negara, dan Indonesia berhasil dalam konteks menggaungkan pentingnya kerja sama ekonomi di dunia internasional,” katanya.
Dosen Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) ini menambahkan bahwa pertemuan G20 memberikan penguatan dalam melakukan sinergi dan kerja sama pada berbagai negara untuk menghadapi tantangan ekonomi global yang dinilai semakin beragam.
”Adanya kesepakatan seperti Pandemic Fund, meskipun nilainya belum terlalu besar, yakni sekitar 1,5 miliar USD. Dan Indonesia sendiri menyumbang sekitar 50 juta USD, namun ini merupakan starting point yang bagus,” imbuhnya.