Menko Airlangga Dorong SKK MIgas Benahi Iklim Investasi di Sektor Hulu Migas
- VIVA/Fikri Halim
VIVA Bisnis – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, sebenarnya upaya-upaya peningkatan produksi migas di dalam negeri merupakan cita-cita bersama, yang sudah kerap dibahas oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
"Ini sudah dibahas sejak bertahun-tahun target 1 juta barel per day itu. Namun, saat ini produksinya terus menurun," kata Airlangga dalam telekonferensi di acara '3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022', yang digelar di Nusa Dua, Bali, Kamis 24 November 2022.
Oleh karena itu, Airlangga menegaskan bahwa perlu ada langkah-langkah yang harus dilakukan oleh SKK Migas, agar situasi dan iklim investasi bisa lebih baik lagi kedepannya. "Di samping itu juga mendorong transisi energi, yang mengarah pada energi baru terbarukan (EBT)," ujarnya.
Baca juga: Apindo Usulkan Kenaikan UMP 2023 Sebesar 2,62 Persen, Buruh: Serakah!
Dia menekankan, hal ini merupakan keniscayaan yang harus dihadapi bersama, agar investasi di sektor hulu migas bisa tetap berjalan kondusif. Selain itu, kebutuhan insentif baik fiskal maupun non-fiskal, perlu dibahas secara lebih mendalam antarpara pemangku kepetingan.
"Kita melihat beberapa proyek, termasuk Blok Masela ini, kelihatannya juga mengalami keterlambatan," kata Airlangga.
Dia mengatakan, bila dipandang hal itu belum cukup untuk mendorong pertumbuhan industri migas, tentu dibuka pula kemungkinan untuk meningkatkan dari aspek lainnya.
Apakah hal itu dari sisi regulasi-regulasi yang ada sudah cukup efektif dalam mendorong pertumbuhan industri migas itu sendiri, atau apakah perlu dilakukan revisi-revisi ke arah perbaikan lainnya.
Airlangga menekankan, kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, badan usaha baik swasta maupun milik negara, atau para kontraktor migas, diharapkan bisa lebih baik lagi kedepannya. Supaya, target yang dicanangkan hasilnya bisa berpegaruh pada penerimaan negara di APBN, dan juga terhadap ekspor Indonesia.
"Sekarang ini ekspor (neraca perdagangan) kita positif (surplus) US$5,67 miliar. Namun neraca pada migas secara bulanan itu negatif bisa mendekati US$2 miliar," ujarnya.