Sri Mulyani soal Kondisi Ekonomi Global: Akhir-akhir Ini Begitu Rapuh

Menkeu Sri Mulyani.
Sumber :
  • Anisa Aulia/VIVA.

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, saat ini prospek pertumbuhan ekonomi dunia terus berada dalam kondisi memburuk. Diperkirakan, resesi yang tinggi akan terjadi di berbagai negara.

Bursa Asia Meriah, Kebahagiaan Investor atas Data Inflasi Jepang Jadi Pendorong

"Saya pikir kita semua setuju bahwa ekonomi global telah menghadapi tantangan yang sangat sulit. Menyebabkan semakin memburuknya prospek pertumbuhan dengan kemungkinan resesi yang lebih tinggi di banyak negara," kata Sri Mulyani dalam B20 Summit Indonesia 2022, Senin 14 November 2022.

Bendahara negara ini mengatakan, International Monetary Fund (IMF) telah memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat di 2022 sebesar 3,2 persen dan 2,7 persen di 2023.

Gubernur BI Prediksi Ekonomi Dunia Bakal Melambat dan Inflasi Tinggi Dipicu Kebijakan Tarif AS

"Revisi turun yang konsisten dari prospek global dari semua lembaga internasional telah menandai meningkatnya risiko yang kita hadapi tahun ini," ujarnya.

Menurutnya banyak faktor yang memicu penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut. Seperti perang di Ukraina yang menyebabkan tingginya inflasi. Bahkan inflasi yang tinggi, banyak terjadi di negara maju.

Proyek Infrastruktur Disetop Sementara, Menteri PU: Anggarannya Ditahan Bu Menkeu

Menteri Keuangan Sri Mulyani

Photo :
  • VIVA / Natania Longdong

"Inflasi yang sudah melonjak dan perlambatan ekonomi besar termasuk China. Dan kebijakan moneter yang jauh lebih ketat untuk melawan inflasi," jelasnya.

Dengan demikian, Sri Mulyani mengatakan bahwa penurunan tingkat inflasi harus menjadi fokus utama. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari kerusakan jangka panjang dan memulihkan stabilitas.

Pertumbuhan ekonomi global

Photo :

"Situasi akhir-akhir ini begitu rapuh sehingga kepercayaan pada sektor keuangan dan pasar, ekonomi secara keseluruhan dapat dengan mudah dihalangi jika kita tidak hati-hati dengan perumusan kebijakan kita. Dan banyak pembuat kebijakan justru kini dihadapkan pada ruang yang sangat sempit untuk bermanuver, baik secara fiskal maupun moneter," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya