Data Inflasi AS yang Lemah Buat Harga Minyak Dunia Naik 1 Persen

Pengeboran Minyak Lepas Pantai Pertamina.
Sumber :
  • Dok. Pertamina

VIVA Bisnis – Harga minyak dunia naik 1 persen pada penutupan dagang Kamis (Jumat pagi). Kenaikan itu didorong oleh data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga mengimbangi kekhawatiran pasar pada pembatasan baru COVID-19 di China yang akan mengurangi permintaan bahan bakar.

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Dilansir dari CNBC pada Jumat 11 November 2022, harga minyak mentah berjangka Brent naik 1,1 persen ke level US$93,67 per barel. Sedangkan, untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate AS (WTI) naik 0,8 persen menjadi ke level US$84,67 per barel, atau 64 sen lebih tinggi.

Perlu diketahui, naiknya harga minyak mentah dunia ini terjadi usai tiga hari berturut-turut mengalami penurunan. Dan kini minyak mentah berjangka menguat setelah data inflasi mendukung harapan investor bahwa Federal Reserve akan meredam kenaikan suku bunganya, yang dapat mendukung permintaan minyak.

Rupiah Loyo ke Level Rp 15.777 per Dolar AS, Ini Pemicunya

Baca juga: Arcandra Tahar Ungkap 2 Peristiwa Penting yang Bakal Menguji Harga Energi Dunia

“(Data Indeks Harga Konsumen) bisa menjadi titik balik yang didambakan investor, masih ada banyak rasa sakit di depan tetapi segalanya tiba-tiba terlihat sedikit lebih positif” kata Analis Pasar OANDA, Craig Erlam.

Donald Trump Menang Pilpres AS, Gubernur BI Antisipasi Tekanan pada Rupiah

Sementara itu, Indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia juga turun lebih dari 2 persen, hal itu karena data ekonomi yang cerah memikat investor menjauh dari safe-haven greenback menuju aset berisiko termasuk minyak. Melemahnya dolar membuat minyak dalam denominasi dolar AS lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Namun, China sedang berjuang melawan peningkatan infeksi COVID-19 di beberapa kota yang vital secara ekonomi, termasuk Beijing. Kekhawatiran tentang pembatasan mobilitas tambahan membatasi kenaikan harga minyak mentah, kata Analis Komoditas UBS, Giovanni Staunovo. Di pusat manufaktur Guangzhou, jutaan penduduk diperintahkan untuk dites pada Rabu.

Labirin dan katup minyak mentah Departemen Energi AS

Photo :
  • ANTARA/REUTERS/Richard Carson/am

Kemudian, penarikan pasukan Rusia dari Kherson di Ukraina juga menahan kenaikan harga, kata Matt Smith, analis Kpler.

Adapun, minyak mentah melonjak awal tahun ini karena invasi Rusia ke Ukraina meningkatkan kekhawatiran tentang pasokan, dengan Brent mendekati rekor tertinggi US$147 per barel. Sejak saat itu harga kemudian jatuh di tengah kekhawatiran kemungkinan resesi, dan Brent telah turun lebih dari 6 persen minggu ini.

Pasar juga berada di bawah tekanan pada Rabu karena kenaikan besar dalam persediaan minyak mentah AS yang naik 3,9 juta barel ke level tertinggi sejak Juli 2021.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya