Ekonomi RI Tumbuh Empat Kuartal Beruntun, Ini Sektor Pendorongnya

Kepala BPS Margo Yuwono.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA Bisnis – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2022 tumbuh sebesar 5,72 persen secara year on year (yoy). Dengan demikian, ekonomi Indonesia tercatat telah tumbuh selama empat kuartal berturut-turut.

Pertamina Eco RunFest 2024, Dorong Pemberdayaan UMKM hingga Pertegas Komitmen Capai NZE 2060

Margo mengatakan, selama empat kuartal tersebut ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas 5 persen. Di mana pada kuartal IV-2021 tumbuh 5,02 persen, kuartal I-2022 tumbuh 5,01 persen, kuartal II-2022 tumbuh 5,44 persen, dan kuartal III-2022 sebesar 5,72 persen.

"Ekonomi kita tumbuh 5,72 persen dan kalau diperhatikan tren pertumbuhan ekonomi tahunan ini meningkat secara persisten secara empat kuartal berturut-turut. Dengan tumbuh di atas 5 persen sejak triwulan IV-2021," ujar Margo dalam telekonferensi, Senin 7 November 2022.

Wahono-Nurul Mau Majukan Sektor Pertanian Bojonegoro, Begini Caranya

Ilustrasi pekerja di kawasan industri.

Photo :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

Margo menyatakan, dengan pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan bahwa pemulihan perekonomian terus berlanjut dan semakin kuat.

Mengenalkan Perkebunan Sejak Dini: Edukatif untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

"Ini merupakan suatu prestasi bagi masyarakat Indonesia di tengah terpaan kondisi global yang masih tidak menentu, kita masih bisa menjaga pertumbuhan ekonomi kita. Dan bahkan trennya menunjukkan semakin menguat," ucapnya.

Margo menjelaskan, penopang utama penguatan ekonomi itu di antaranya oleh sektor industri, pertambangan, pertanian, perdagangan, dan konstruksi.

"Di kuartal III ini industri memiliki kontribusi 17,88 persen, kemudian pertambangan 13,47 persen, pertanian 12,91 persen, perdagangan 12,74 persen, konstruksi 9,45 persen," jelasnya.

Menurutnya, dari hal ini, seluruh sektor perekonomian mengalami pertumbuhan. Namun, terdapat satu sektor yang mengalami kontraksi di kuartal III-2022 yaitu, kesehatan sebesar 1,74 persen.

"Kalau dari catatan kami di BPS, kenapa jasa kesehatan mengalami kontraksi sebesar 1,74 persen. Ini karena pencarian dari insentif kesehatan itu lebih rendah kalau dibandingkan triwulan III-2021 atau secara yoy," terangnya.

Selain itu lanjut Margo, kontraksi itu juga disebabkan oleh penurunan insentif kesehatan secara kumulatif atau cummulative to cummulative (ctc), dan quarter to quarter (qtq). "Ini yang menyebabkan bawa jasa kesehatan mengalami kontraksi di kuartal III-2022," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya