Terjadi Deflasi pada Oktober 2022, Ekonomi RI Akhir Tahun Berpotensi Melambat
- ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
VIVA Bisnis – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Oktober 2022 sebesar 5,71 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau melemah dibandingkan September 2022 yang sebesar 5,95 persen yoy. Hal itu karena secara bulanan, pada Oktober 2022 mencatatkan deflasi sebesar 0,11 persen.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, deflasi pada Oktober 2022 terjadi pada beberapa bahan makanan dalam hal ini volatile goods.
"Barang ini biasanya sangat cepat perubahan harganya. Komoditas seperti cabai dan sebagainya kan dipengaruhi oleh permintaan dan cuaca juga," kata Huda saat dihubungi VIVA, Rabu 2 November 2022.
Huda menuturkan, inflasi inti saat ini masih dalam posisi tinggi tercatat sebesar 3,31 persen secara tahunan, dan 0,10 persen secara bulanan. Di mana pada September 2022 inflasi inti sebesar 3,21 persen.
Selain itu, inflasi pada barang yang diatur pemerintah juga tercatat masih tinggi. Dengan demikian, Huda menilai bawa daya beli masyarakat masih terpukul sangat dalam, dan berdampak pada pelemahan pertumbuhan ekonomi.
"Daya beli masyarakat berpotensi terpukul lebih dalam. Bisa menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan melambat hingga akhir tahun," jelasnya.
Huda memperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2022 akan ada di bawah 5 persen secara year on year (yoy).
Sebelumnya BPS melaporkan, berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan di 90 kota pada Oktober 2022, tercatat terjadi inflasi sebesar 5,71 persen atau melemah dibandingkan bulan sebelumnya.
"Berdasarkan pantauan di 90 kota ini inflasi di bulan Oktober terlihat mulai melemah. Pada bulan Oktober 2022 terjadi inflasi sebesar 5,71 persen secara yoy," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto.
Setianto mengatakan, dalam hal ini terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,66 pada Oktober 2021 menjadi 112,75 pada Oktober 2022.
"Kalau September lalu inflasi kita 5,95 persen sekarang di bulan Oktober 5,71 persen," jelasnya.
Setianto menjelaskan, untuk penyumbang inflasi tertinggi di bulan ini ada pada beberapa komoditas diantaranya bensin, tarif angkutan dalam kota, beras, solar, tarif kendaraan online, dan bahan bakar rumah tangga.