Kementan: Mie Sagu Jadi Salah Satu Solusi Ancaman Krisis Pangan

Mie sagu menggugah nafsu makan.
Sumber :
  • vstory

VIVA Bisnis – Kementerian Pertanian mendorong pengembangan mie sagu oleh petani dan pelaku usaha perkebunan sebagai alternatif pangan pokok sekaligus menjadi salah satu solusi dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia.

Penyaluran Bansos Disetop Sementara Selama Pilkada 2024, Ini Respons Pemprov Jakarta

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur dalam keterangannya di Jakarta, mengatakan potensi sagu Indonesia yang besar dapat menjadi solusi atau menjawab tantangan krisis pangan dunia dengan memberdayakan petani lokal serta memperbaiki kemasan produk agar dapat bersaing di pasar domestik dan internasional.

Pohon Sagu untuk diolah menjadi tepung sagu di Kalimantan Barat

Photo :
  • Antara/ Jessica Wuysang
MK: Pejabat Daerah dan TNI/Polri Tak Netral di Pilkada Bisa Dipidana

"Perlunya penguatan pasar melalui e-commerce serta pengembangan produk turunannya dengan varian rasa olahannya. Diharapkan sagu kedepannya dapat dikembangkan secara luas, dengan dukungan anggaran yang lebih memadai dan melibatkan banyak pihak agar produk sagu Indonesia semakin dikenal dunia," katanya.

Pengusaha Mie Sagu KUBE Rumbia Lestari dari Kabupaten Kepulauan Meranti Riau Henny mengatakan diperlukan dukungan dari pemerintah dalam menggalakkan produk olahan sagu sebagai alternatif tepung terigu sehingga sagu bisa dimaksimalkan untuk sumber pangan nasional. Dia menyebut salah satu olahan sagu yang mudah dipasarkan adalah mie sagu.

MK: Pilkada Ulang Digelar Paling Lama 1 Tahun Setelah Kotak Kosong Menang

Mie sagu menggugah nafsu makan.

Photo :
  • vstory

“Penjualan mie sagu basah kami saat ini masih di dalam daerah, dijual dengan harga Rp3.500 per bungkus dengan berat 350 gram,” katanya.

Henny menambahkan, saat ini pihaknya menyediakan mie sehat berbahan baku sagu untuk mengikuti kesadaran masyarakat akan makanan sehat.

Menurut dia, pengembangan dan pemasaran mie sagu saat ini belum banyak yang memproduksi sehingga menjadi peluang besar dan akan sangat menguntungkan.

“Harapan saya, mari bersama bersinergi, antara petani pengolah sagu, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, agar harga bahan baku bisa stabil dan sesuai, serta harga jual sagu mie bisa berkompetisi dengan mie instan lainnya,” kata Henny.

Kawasan kebun sagu yang terkena limbah merkuri di Gunung Botak, Pulau Buru, Malu

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Dia berharap peran aktif pemerintah untuk semakin gencar mempromosikan mie sagu kepada seluruh lapisan masyarakat agar pasarnya semakin terbuka luas dan memberikan dukungan dengan berbagai fasilitas kemudahan seperti perizinan usaha kepada para pengusaha mie sagu dari hulu sampai hilir.

Pengusaha mie sagu lainnya dari Kelompok Tani Rimbo Bujang telah konsisten mengembangkan olahan sagu sejak 2016. Ketua Kelompok Tani Rimbo Bujang sekaligus pemilik Toko Sagu Kite Praptini mengatakan mie sagu lebih aman dikonsumsi dalam jangka panjang karena tidak menggunakan bahan pengawet dan kandungan glikemiknya cukup rendah.

Dia menjelaskan harga mie sagu siap saji miliknya untuk dalam negeri rata-rata dibanderol Rp16.000 hingga Rp18.000, sedangkan harga untuk ekspor di kisaran Rp25.000.

Sedangkan untuk mie sagu setengah jadi yang diolah lagi dibanderol Rp8.000 per 500 gram untuk memenuhi pasar dalam negeri dan tidak menggunakan bahan pengawet. (ANT)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya