Sri Mulyani Ungkap Kengerian pada 2100 Dampak dari Perubahan Iklim

Menteri Keuangan Sri Mulyani di Washington DC.
Sumber :
  • Youtube Kemenkeu

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, isu perubahan iklim saat ini telah menjadi kekhawatiran luar biasa bagi semua negara di dunia. Sebab diperkirakan akan terjadi kengerian di tahun 2100.

Drama Iklim Dunia yang Belum Tuntas

Ani begitu sapaan akrabnya menjelaskan, sejumlah petinggi dunia sudah berkomitmen untuk mengambil bagian dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) alias COP27 di Mesir dalam dua pekan mendatang.

“Pada tahun 2100, jika keadaan masih seperti sekarang, dunia akan menjadi lebih hangat 2,6 derajat celsius. Kita saat itu sudah berikrar bumi tidak boleh melewati suhu 1,5 derajat celcius. Mungkin bagi sebagian anda bingung karena merasa tidak terlalu berpengaruh, seperti ketika menggunakan penyejuk udara (AC). Tapi dalam konteks bumi ini berbeda” kata Ani dalam Bincang APBN 2023 di Kantor Kemenkeu, Jumat, 28 Oktober 2022.

Gibran Minta Menpar Gelar Event hingga Convention di Lokasi Pasca-Bencana Guna Pulihkan Ekonomi Setempat

Ani mengatakan, peningkatan suhu yang sangat tinggi tersebut akan berdampak signifikan terhadap bumi. Karena mulai dari es di kutub yang akan mencair, hingga terjadinya bencana alam di mana-mana.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Photo :
  • Anisa Aulia/VIVA.
PKB: Kenaikan PPN Bukan Harga Mati untuk Penguatan APBN

“Anda tidak tahu kalau bumi menghangat 1,5 derajat celcius atau lebih, maka tidak hanya kutub utara atau selatan yang mencair tapi juga pola musiman berubah sama sekali. Oleh karena itu sekarang betapa banyak bencana alam akibat sudah tidak ada lagi pola yang dianggap normal atau seperti biasanya,” jelasnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati..

Photo :
  • istimewa

Selain itu dia memperkirakan, akan terjadi musim kering yang berkepanjangan dan menyebabkan kebakaran. Serta musim hujan juga bisa menjadi sangat ekstrem sampai terjadi tanah longsor dan banjir.

"Kalau perekonomian dan kegiatan manusia memproduksi CO2 terlalu banyak dan nobody cares, itu yang disebut sebagai market failure. Nyatanya, ini bisa membahayakan dunia, namun nggak ada yang bisa mengoreksi," terangnya.

"Di situlah letak APBN sebagai alokatif, mengoreksi supaya tingkah laku manusia memasukan risiko ancaman global tersebut," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya