Sri Mulyani Ungkap Pengusaha Perempuan Lebih Sulit Dapat Modal

Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan, sederet tantangan yang dihadapi perempuan di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah akses kesempatan kerja hingga permodalan. Sebab, perempuan banyak yang tersisihkan sehingga sulit mendapatkan pekerjaan formal.

Peringati Hari Ibu, Kanim Bekasi Beri Layanan Prioritas Keimigrasian untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Adapun dengan hal ini Sri Mulyani mengatakan, perempuan banyak yang beralih menjadi seorang pengusaha atau pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Selain itu, keterbatasan permodalan juga dihadapi oleh perempuan.

"Akses terhadap permodalan studi dari OECD pada tahun 2017 menentukan bahwa usaha milik perempuan sering beroperasi secara informal. Ini tentu bukan karakter, bukan ciri tapi karena kesempatan yang mereka miliki mungkin lebih terbatas dibandingkan kelompok usaha yang dimiliki oleh laki-laki," kata Sri Mulyani dalam Festival UMKM 2022, Rabu 26 Oktober 2022.

Menkomdigi Meutya Hafid: AI Buka Peluang Bagi UMKM Agar Lebih Kompetitif

UMKM BRI.

Photo :
  • Humas BRI

Selain itu, lanjut Sri Mulyani, perempuan di Indonesia juga menghadapi keterbatasan terhadap berbagai hal. Diantaranya, akses pengembangan keterampilan, upaya peningkatan jaringan usaha.

Perkaya Pengalaman Berbelanja, Shopee Wujudkan Inovasi bagi Brand Lokal dan Konten Kreator

"Jadi begitu banyak keterbatasan halangan yang dihadapi oleh para perempuan di dalam mengembangkan usahanya, ini merupakan survei dari berbagai lembaga termasuk UN Women pada tahun 2022," ujarnya.

Dengan demikian jelasnya, dalam mewujudkan pemberdayaan UMKM sekaligus memajukan perempuan di Indonesia. Pemerintah akan terus mencari isu-isu yang menjadi penghalang bagi UMKM dan perempuan.

Ani melanjutkan, tak hanya hal itu dari sisi gender perempuan juga sering dihadapkan oleh berbagai macam norma yang membatasi pergerakan.

"Umpamanya apabila seorang perempuan begitu sibuk mengurus UMKM nya kemudian dianggap mereka tidak mampu menjadi istri atau Ibu yang baik. Stigma maupun norma atau mindset seperti ini jelas, tidak membantu perempuan dan juga upaya kita untuk memajukan kesejahteraan mereka, maupun di dalam membangun UMKM di Indonesia," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya