Harga Minyak Tergelincir Usai Stok Melimpah dan Dolar AS Menguat
- Dok. Pertamina
VIVA Bisnis – Harga minyak dunia tercatat turun pada awal perdagangan Rabu pagi. Hal itu didorong oleh menguatnya dolar Amerika Serikat dan data-data yang menunjukkan stok minyak mentah AS berlimpah sehingga memangkas permintaan atas kekhawatiran resesi global.
Dilansir dari CNBC pada Rabu 26 Oktober 2022, harga minyak mentah berjangka Brent untuk Desember 2022 turun US$1,17, atau 1,3 persen menjadi US$92,35 per barel. Sedangkan, Minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) turun 88 sen atau 1 persen, menjadi US$84,44 per barel.
"Prospek perlambatan ekonomi global dan kebijakan moneter yang lebih ketat telah melampaui momok pengurangan pasokan dalam beberapa pekan terakhir," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Baca juga:Â Ini Deretan Cadangan Migas Temuan Pertamina Sepanjang 2022
Sedangkan, berdasarkan angka dari American Petroleum Institute (API) mencatat bahwa persediaan minyak mentah AS naik sekitar 4,5 juta barel dalam sepekan hingga 21 Oktober 2022, dan itu lebih tinggi dari ekspektasi lima analis yang disurvei oleh Reuters, yang rata-rata memperkirakan peningkatan sekitar 200.000 barel.
Pada saat yang sama, data API menunjukkan stok sulingan, yang meliputi diesel, minyak pemanas dan bahan bakar jet, naik sekitar 600.000 barel dibandingkan perkiraan analis yang memperkirakan adanya penurunan 1,1 juta barel. Namun, persediaan bensin turun sekitar 2,3 juta barel, hampir dua kali lipat penurunan yang diperkirakan para analis.
Adapun untuk dolar AS juga tercatat lebih kuat sehingga membebani pasar. indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama dunia tercatat naik tipis ke 111,02. Penguatan dolar mengurangi permintaan minyak karena membuat minyak mentah lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
Sementara, keputusan tak baik dikeluarkan baru-baru ini oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama disebut OPEC+. Di mana disepakati untuk memangkas produksi minyak, dan Gedung Putih menyambut baik langkah-langkah Arab Saudi untuk membantu Ukraina dalam perangnya dengan Rusia.
Presiden AS Joe Biden, khawatir bahwa harga bensin akan melonjak menjelang pemilihan kongres 8 November, telah memperingatkan Saudi akan menghadapi konsekuensi untuk menyelaraskan dengan Rusia dan setuju untuk mengurangi pasokan minyak mentah.