Strategi Ini Perlu Dilakukan Manfaatkan Potensi Pasar Industri Farmasi dan Kesehatan RI

Ilustrasi beli obat bisa lewat layanan telefarmasi.
Sumber :
  • vstory

VIVA Bisnis – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, selama semester pertama 2022 tingkat pertumbuhan jasa kesehatan mencapai 6,45 persen secara year-on-year (yoy). Diperkirakan, pertumbuhan industri jasa kesehatan dan farmasi di Indonesia akan mencapai dua kali lipat pada 2025, dengan estimasi nilai pasar mencapai sekitar US$20 miliar.

Banyak Anak Alami Sembelit, Ini Cara Kerja AI Poop Tracker untuk Monitoring Pup Anak

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bahkan mencatat ada sebanyak 220 perusahaan di industri farmasi di Indonesia dan 90 persen di antaranya berfokus pada sektor hilir (downstream) dalam produksi obat-obatan. Sementara itu, pemerintah terus mengupayakan pengurangan impor sebesar 35 persen hingga akhir tahun 2022.

Pemerintah berharap upaya tersebut dapat mengatasi ketergantungan pada impor bahan baku. Karena, data dari Kementerian Kesehatan, hingga 2021, ada 241 industri pembuatan obat-obatan, 17 industri bahan baku obat-obatan, 132 industri obat-obatan tradisional, dan 18 industri ekstraksi produk alami.

Keterlibatan Akademisi dalam Perumusan Regulasi Perlu Dimaksimalkan

Baca juga: Ini Deretan Cadangan Migas Temuan Pertamina Sepanjang 2022

Sedangkan, Presiden Direktur PT Medela Potentia atau Argon Group, Krestijanto Pandji memperkirakan, ada potensi perubahan pertumbuhan pendapatan dari masing-masing segmen bisnis Argon Group di industri kesehatan.

DPR Minta PP Kesehatan Lindungi Industri Hasil Tembakau

Argon Group diketahui menjalankan lini bisnis distribusi produk farmasi, produk kesehatan, dan alat kesehatan, melalui beberapa anak usahanya termasuk PT Anugrah Argon Medica (AAM) yang telah berdiri sejak 1980 silam. 

"Kelangsungan bisnis distribusi ini didukung oleh 1 Pusat Distribusi Nasional, 33 Gudang Cabang, dan 3 Kantor Perwakilan yang menjangkau 34 provinsi di Indonesia," kata Krestijanto dalam keterangannya, Senin 24 Oktober 2022.

Dia memastikan, Argon Group terus membuka peluang untuk menambah jaringan distribusi di Indonesia. "Kami akan terus menambah cabang seiring dengan meningkatnya permintaan dan daya beli masyarakat di sektor kesehatan," ujarnya.

Business matching Industri Farmasi.

Photo :
  • istimewa.

Krestijanto menambahkan, Argon Group juga memiliki lini bisnis inisiatif digital melalui PT Karsa Inti Tuju Askara (KITA), yang baru didirikan pada tahun 2022. Argon Group mengedepankan teknologi digital yang terintegrasi, dan pengambilan keputusan berdasarkan data.

Kiprah Argon Group sendiri diakuinya sudah dimulai pada 1980, dengan mendirikan PT Anugrah Argon Medica (AAM) sebagai distributor produk farmasi PT Dexa Medica.

"Saat ini AAM tetap fokus di bidang distribusi produk obat-obatan, produk kesehatan, dan alat kesehatan, dengan lebih dari 70 prinsipal terdepan di industri kesehatan," ujarnya.

Farmasi

Photo :
  • ANTARA/Andika Wahyu

Direktur Utama AAM, Juliwaty menyatakan, distribusi merupakan kunci dari sebuah industri agar hasil produksi bisa diakses oleh masyarakat di mana pun mereka berada. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, AAM menyatukan peran distribusi dan teknologi untuk menunjang rantai pasokan produk obat-obatan, produk kesehatan, dan alat kesehatan.

Kerja produktif melalui teknologi dan sistem informasi terintegrasi guna menunjang rantai pasokan berbagai produk kesehatan sangat urgen dan penting saat ini. Karena itu, AAM senantiasa bersikap kreatif dan inovatif.

"AAM senantiasa melakukan pengembangan berkesinambungan yang adaptif terhadap perubahan lanskap bisnis. Hal itu dilakukan dengan mengoptimalkan bisnis proses yang ada, melalui sistem IT agar lebih produktif dengan mengelola risiko dan mengedepankan kepatuhan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya