BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen, Ini Pertimbangannya

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia

VIVA Bisnis – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen. Sebelumnya suku bunga acuan berada di 4,25 persen.

Posisi Utang Luar Negeri RI di Kuartal III-2024 Capai US$427,8 Miliar, Tumbuh 8,3%

"Rapat RDG 19-20 Oktober memutuskan untuk menaikkan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam telekonferensi, Kamis 20 Oktober 2022.

Dengan kenaikan suku bunga tersebut, kenaikan juga terjadi pada suku bunga deposit facility naik sebesar 50 bps menjadi 4 persen. Dan suku bunga lending facility naik 50 bps menjadi 5,5 persen.

Bursa Asia Fluktuatif Akibat Pidato Ketua The Fed Terkait Suku Bunga AS

"Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti kedepan kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada paruh kedua 2023," tegasnya.

Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Balik Melemah Dipicu Kebijakan Tarif Trump

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Selain itu, jelas Perry, langkah itu juga diambil untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya. Hal itu karena semakin kuatnya mata uang AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.

"Bank Indonesia juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi nasional," ucapnya.

Sebelumnya, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teuku Riefky menilai, BI perlu menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps di bulan ini. Hal tersebut guna merespons dinamika ekonomi global saat ini.

"Sebagai langkah preventif dalam mengantisipasi potensi aliran modal keluar akibat kenaikan suku bunga The Fed bulan depan, BI perlu menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,75 persen pada bulan ini," kata Riefky dalam laporannya.

Riefky mengatakan bahwa hal itu perlu dilakukan. Mengingat bahwa pengetatan moneter terus dilakukan oleh bank-bank setral dunia, inflasi domestik yang tetap tinggi, dan surplus perdagangan yang menyusut.

Menurutnya capaian BI dua bulan terakhir dapat dijadikan acuan bagi Bl untuk tetap berada selangkah lebih depan hingga akhir tahun ini. Dengan pelebaran perbedaan suku bunga yang dihasilkan, diharapkan dapat meredam dampak ketidakpastian eksternal pada pasar keuangan dan valuta asing domestik.

"Menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50 bps akan membantu Bl untuk memperlambat arus keluar modal dan mengurangi tingkat depresiasi, yang membantu mengurangi tekanan inflasi dari produk impor," jelasnya.

Selain itu kata Riefky, Pemerintah juga dapat melakukan berbagai strategi pelengkap. Seperti memperluas bantuan sosial untuk menjaga pemulihan permintaan masyarakat dan optimisme sektor riil, terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional.

Ketua Federal Reserve AS (The Fed), Jerome Powell

Jerome Powell Ungkap Alasan The Fed Tidak Terburu-buru Lakukan Pemangkasan Suku Bunga Lanjutan

Ketua The Fed Jerome Powell, mengatakan tidak akan menurunkan suku bunga dalam jangka waktu dekat. Dalam pidatonya, Powell mengungkapan alasan lengkap atas langkah itu.

img_title
VIVA.co.id
15 November 2024