Sri Mulyani Tegaskan AS, China hingga Kawasan Eropa Dihantui Resesi Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka 4th FMCBG G20 di Washington DC, AS.
Sumber :
  • VIVA/Anisa Aulia/tangkapan layar.

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, banyak negara akan mengalami perlemahan ekonomi, bahkan diperkirakan beberapa negara maju akan mengalami resesi. Hal itu akibat dari kenaikan harga energi serta pangan, yang mengakibatkan tingginya inflasi dan direspons oleh pengetatan moneter. 

Prabowo Temui PM Pakistan, Tingkatkan Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

Sri Mulyani mengatakan, dengan situasi saat ini outlook ekonomi global direvisi ke bawah. Negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, Inggris, dan China akan mengalami resesi. 

"Amerika Serikat menurun tajam di tahun 2022 dan 2023, bahkan sekarang kata-kata resesi bukannya tidak mungkin di Amerika Serikat," ujar Sri Mulyani dalam telekonferensi, Rabu 19 Oktober 2022. 

Fed Pangkas Suku Bunga, Rupiah Ambruk ke Level Rp 16.234 Per Dolar AS Pagi Ini

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Photo :
  • Instagram.

Ani begitu sapaan akrabnya menuturkan, sedangkan Eropa pertumbuhan ekonomi 2022 direvisi oleh Dana Moneter Internasional (IMF) di 3,1 persen. Dalam hal ini disebabkan karena kenaikan harga yang tinggi yang kemudian memaksa Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga secara agresif. 

Bisa Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi, Pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5-6 Didorong Beroperasi Tepat Waktu

"Bank Sentral ECB menaikkan suku bunga secara agresif, juga bahkan diperkirakan (Eropa) tahun 2022 ini hingga 2023 kemungkinan terjadi resesi," ucapnya. 

Ani menyebutkan, sedangkan negara China saat ini sudah mengalami perlemahan perekonomian. Baik itu disebabkan oleh lockdown, kondisi global, serta sektor properti yang telah menimbulkan dampak luar biasa. 

"Angka kuartal III (PDB China) belum keluar namun diperkirakan akan cukup tajam melemah. Inilah yang mungkin kita perlu waspadai," jelasnya. 

Ani melanjutkan, Indonesia meskipun mewaspadai potensi itu tetapi pertumbuhan ekonomi di 2022 dan 2023 masih diprediksi tumbuh di atas 5 persen. 

"Namun kita tahu bahwa eksternal faktor menjadi sangat dominan, dan ini tentu memengaruhi bagaimana kinerja ekonomi kita. Penurunan proyeksi terjadi di semua negara baik itu negara maju, maupun negara-negara berkembang," ucapnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat ditemui di sela Pertemuan Tahunan IMF- WB di Washington DC, AS.

Photo :
  • Antara

Bahkan kata dia, perekonomian Inggris yang diperkirakan akan mengalami kenaikan di 2022 dengan adanya krisis APBN negara tersebut, pertumbuhan ekonomi Inggris akan mengalami revisi ke bawah.

"Karena guncangan yang terjadi karena APBN mereka yang tidak kredibel yang dipaksa kemudian harus berubah ini sangat-sangat besar. Demikian juga negara-negara emerging yang juga mengalami kondisi yang relatif ditekan, meskipun di dalam situasi saat ini emerging country seperti Indonesia, India Brazil, Meksiko relatif dalam situasi yang cukup baik," terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya