Ekonomi Dunia 2023 Diproyeksi Gelap, Indonesia Diyakini Jadi Titik Terang
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Bisnis – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono mengatakan, perekonomian Indonesia masih berada di level yang relatif baik. Hal itu merujuk laporan Dana Moneter Internasional atau Internasional Monetary Fund (IMF) terkait World Economic Outlook untuk 2022 dan 2023.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 diproyeksikan IMF sebesar 5,3 persen, dan turun menjadi 5,0 persen pada 2023. Angka ini masih lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN secara keseluruhan yang diproyeksikan berada di angka 4,9 persen pada 2023.
IMF juga mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 diproyeksikan lebih baik dibandingkan beberapa Negara G20. Di antaranya yaitu, Amerika Serikat dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,6 persen, Jerman 1,5 persen, Jepang 1,7 persen, UK 3,6 persen, Brazil 2,8 persen, dan Meksiko 2,1 persen.
"Mencermati laporan IMF, perekonomian Indonesia masih berada di level yang relatif baik. Bahkan IMF menyebut Indonesia akan menjadi titik terang saat perekonomian global gelap," kata Edy dalam keterangannya, Sabtu 15 Oktober 2022.
Meski Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi tinggi dengan kondisi stabilitas politik dan fundamental ekonomi yang kuat, Edy menegaskan bahwa pemerintah dan otoritas terkait tidak terlena akan kondisi tersebut. "Kami akan terus bersinergi untuk menerapkan berbagai kebijakan, yang dapat menjaga perekonomian dari dampak risiko global," ujarnya.
Edy menjelaskan, dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah telah menyalurkan bantuan berupa Bantuan Subsidi Upah (BSU), Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM, dan pemanfaatan 2 persen Dana Transfer Umum.
Selain itu, pemerintah juga meneruskan dukungan bantuan sosial yang sudah ada. Seperti program keluarga harapan, bantuan pangan non tunai yang didukung konvergensi program bantuan sosial, serta pembenahan data penerima bantuan sosial.
"Kebijakan ini untuk menanggulangi dampak inflasi di Indonesia," kata Edy.
Sementara dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) telah melakukan peningkatan suku bunga acuan, dan beragam instrumen pengendalian nilai tukar rupiah.
"Saat ini juga disiapkan berbagai kebijakan di lembaga jasa keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," ujarnya.
Diketahui, laporan World Economic Outlook 2022-2023 IMF telah mengingatkan, jika perekonomian global akan mengalami tantangan yang berat. Inflasi diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan beberapa dekade terakhir, yang menyebabkan pengetatan keuangan di banyak negara.
Selain itu, IMF juga mengingatkan konflik Rusia-Ukraina dan pandemi COVID19, yang tidak dapat diprediksi kapan akan berakhir. Keduanya dinilai telah berkontribusi negatif terhadap outlook ekonomi global. Sementara, permintaan agregat akan turun, dan berimplikasi pada penurunan pertumbuhan ekonomi.
IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global turun dari 6,0 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022, dan 2,7 persen pada 2023. Pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi yang terendah sejak 2001 kecuali saat krisis keuangan global dan puncak pandemi COVID19.