Sri Mulyani: Kita Tidak Boleh Abaikan Risiko Resesi, Sebab...
- Youtube Kemenkeu
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan, kepada menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara G20 untuk tidak mengabaikan risiko resesi. Hal itu disampaikannya dalam sambutan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) ke-4 di Washington DC, Amerika Serikat (AS).
"Kita tidak boleh mengabaikan kemungkinan peningkatan risiko resesi," kata Sri Mulyani dalam Youtube Kementerian Keuangan, Kamis 13 Oktober 2022.
Baca juga:Â Perangi Inflasi Global, IMF Minta Pembuat Kebijakan Setiap Negara Lakukan Ini
Ani begitu sapaan akrabnya mengatakan dunia saat ini sedang menghadapi risiko yang terus meningkat. Di mana diantaranya, tingginya inflasi, krisis energi dan pangan, perubahan iklim, serta konflik geopolitik.
"Perang di Ukraina terus memperburuk keamanan pangan global dan krisis gizi dengan harga energi yang tinggi dan bergejolak, harga makanan dan pupuk yang tinggi dan tidak stabil," ujarnya.
Adapun dari hal itu telah membuat banyak negara melakukan pengetatan kebijakan moneter yang kuat. Pengetatan moneter itu dilakukan dengan menaikkan suku bunga acuan secara signifikan.
Sebelumnya, Bank Dunia menyampaikan bahwa dunia diperkirakan bakal bergerak menuju Resesi global pada 2023. Hal itu mengingat bank-bank sentral di seluruh dunia secara bersama-sama menaikkan suku bunga acuannya sebagai respons dari meningkatnya inflasi.
Dalam studi terbaru Bank Dunia disebutkan bahwa bank-bank sentral seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini dengan tingkat sinkronisitas yang belum terlihat selama lima dekade terakhir. Dan ini sebuah tren yang akan berlanjut hingga tahun depan.
Selain itu, dalam studi tersebut juga dijelaskan bahwa lintasan kenaikan suku bunga yang diperkirakan saat ini dan tindakan kebijakan lainnya mungkin tidak cukup untuk membawa inflasi global kembali ke tingkat yang terlihat sebelum pandemi.
Investor memperkirakan bank-bank sentral akan menaikkan suku bunga kebijakan moneter global hingga hampir 4,0 persen hingga 2023. Peningkatan itu lebih dari 2 poin persentase dari rata-rata 2021.
"Jika ini disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023 atau kontraksi 0,4 persen dalam hal per kapita yang akan memenuhi definisi teknis dari resesi global," kata penelitian tersebut.