Ekonomi Global Terus Melemah, Kemenkeu: Pemerintah Andalkan Sektor Riil
- VIVA.co.id/ Anisa Aulia
VIVA Bisnis – Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan, di tengah kondisi perekonomian global yang terus mengalami pelemahan, pemerintah Indonesia mengandalkan sektor riil sebagai tumpuan perekonomian nasional.
Menurut Suahasil, hal itu karena upaya menggenjot sektor rill akan memiliki efek berganda bagi perekonomian nasional, sehingga akan membawa dampak positif pula terhadapnya.
"Ekonomi global yang terus diproyeksi menurun akan membawa dampak pula bagi Indonesia. Makanya kami menyandarkan perekonomian pada sektor riil yang bagus," kata Suahasil di JCC Senayan, Jakarta, Rabu 12 Oktober 2022.
Baca juga: Luhut Klaim Pemerintah Telah Siapkan Skenario Paling Buruk Hadapi Resesi Global 2023
Dia menambahkan, efek luka dari sisi suplai pascapandemi COVID-19, telah turut meningkatkan aspek ketidakpastian global. Hal itu juga menyebabkan inflasi yang kian meninggi, sehingga dapat menyebabkan stagnasi ekonomi.
Belum lagi, lanjut Suahasil, faktor ketegangan geopolitik berupa perang antara Rusia-Ukraina hingga pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Sentral di sejumlah negara, juga turut menimbulkan volatilitas di pasar keuangan global.
"Bahkan (ekonomi) Inggris saja bisa kena (melambat), maka kita enggak boleh anggap remeh hal ini. Apalagi kemarin ada negara-negara Asia Selatan yang juga tengah goyang seperti misalnya Pakistan dan Srilanka," ujar Suahasil.
Meski demikian, Suahasil memastikan bahwa setidaknya kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih terus mengalami penguatan, yang dapat dilihat dari kinerja neraca perdagangan ekspor-impor yang berjalan positif.
Selain itu, penguatan ekonomi Indonesia juga dapat dilihat dari sejumlah sisi lainnya, seperti misalnya peningkatan konsumsi listrik rumah tangga serta peningkatan kapasitas produksi manufaktur.
"Semua hal tersebut menjadi dasar bagi kita untuk terus bersikap optimis, namun kehati-hatian dan kewaspadaan juga tidak boleh kendor. Terutama waspada pada harga komoditas dunia, yang masih mengalami fluktuasi yang sangat tinggi," ujarnya.