Biar Investor Tak Kabur dari RI, Ekonom Ini Minta BI Naikkan Suku Bunga Segini…
- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVA Bisnis – Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, Bank Indonesia (BI) perlu menutup jarak atau gap minimum suku bunga sebesar 100 basis poin (bps) hingga 150 bps untuk menyeimbangkan suku bunga Federal Reserve (the Fed).
Bhima mengatakan, hal itu ditujukan untuk mengembalikan jarak atau spread imbal hasil US Treasury 10 tahun dengan SBN 10 tahun ke pra kenaikan the Fed rate sebesar 4,88 persen.
"BI perlu menutup gap minimum 100 sampai dengan 150 basis poin dengan tujuan mengembalikan jarak atau spread imbal hasil US Treasury 10 tahun," kata Bhima saat dihubungi VIVA Bisnis, Senin 10 Oktober 2022.
Baca juga: Bakal Dicoba Jokowi dan Xi Jinping, Rel Kereta Cepat untuk Uji Dinamis Selesai Dipasang
Bhima menuturkan, pada akhir 2021 yield atau imbal hasil US Treasury tercatat sebesar 1,4 persen dan imbal hasil SBN sebesar 6,28 persen tenor 10 tahun.
Namun saat ini, imbal hasil SBN tercatat sebesar 7,25 persen sehingga jarak dengan US Treasury menjadi 3,37 persen. Menurutnya, dengan jarak yang teralu sempit akan membuat investor kabur dari Indonesia.
"Spread yang terlalu sempit membuat investor asing keluar dari pasar surat utang Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, selama dua bulan terakhir BI melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada September 2022 menjadi 4,25 persen, dari dari sebelumnya di 3,75 persen pada Agustus 2022.
"Rapat RDG 21-22 September memutuskan untuk menaikkan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Kamis 22 September 2022.
Sedangkan the Fed juga melakukan pengetatan moneter sebagai respons dari meningkatnya inflasi yang mendekati level tertinggi sejak 1980 dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,75 bps.
Adapun the Fed menaikan suku bunga dana federal hingga kisaran 3 persen-3,25 persen. Di mana kenaikan suku bunga tersebut merupakan tertinggi sejak 2008.
"FOMC (Federal Open Market Committee) sangat bertekad untuk menurunkan inflasi menjadi 2 persen, dan kami akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai," kata Gubernur The Fed, Jerome Powell.