Cara Jauhi Resesi 2023, Kredit ke Sektor Riil Harus Ditingkatkan

Ilustrasi UMKM.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

VIVA – Sejumlah pejabat pemerintah maupun ekonom dari beberapa lembaga riset, telah memperkirakan potensi terjadinya resesi global pada 2023 mendatang. Sejumlah langkah antisipatif pun dinilai bisa menahan dampak dari gejolak resesi ekonomi global tersebut, termasuk memperkuat sektor riil dan UMKM.

Kawal Implementasi Kebijakan Hapus Utang UMKM, Menteri Maman: Mereka Punya Nyawa Lagi

Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J. Rachbini menjelaskan, langkah antisipatif semacam itu setidaknya memang harus dilakukan. Sebab, diperkirakan bahwa potensi krisis atau resesi 2023 itu akan terjadi akibat sejumlah hal.

Seperti misalnya Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang mengerek suku bunga kian tinggi, masalah geopolitik perang Rusia-Ukraina, dan dampaknya terhadap masalah pangan global yang menurutnya juga harus diantisipasi dari sekarang.

Kisah Sukses Agen Mitra UMi BRI di Merauke, Tingkatkan Ekonomi Keluarga Hingga Sekolahkan Anak

Baca juga: Realisasi Bansos Sembako 2022 Capai Rp 33,41 Triliun

"Jadi masalahnya, kita harus mengencangkan ikat pinggang, sehingga sektor riilnya memproduksi pada tingkat moderat, tidak melakukan ekspansi habis-habisan, dan tidak menggenjot kredit karena ada potensi kreditnya tidak terbayar. Maka kreditnya juga moderat," kata Didik saat dihubungi VIVA Bisnis, Jumat 30 September 2022.

Dari Kota Pariaman, 140 Ton Komoditas Pinang Diekspor ke India

Karenanya, upaya menggenjot kredit di sektor riil dan UMKM itu juga tengah dilakukan oleh sejumlah pihak perbankan, salah satunya yakni PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut).

Direktur Utama Bank Sumut, Rahmat Fadillah Pohan menegaskan, pihaknya berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi nasional khususnya di Sumatera Utara, melalui peningkatan pemberian kredit ke sektor-sektor produktif termasuk sektor riil dan UMKM.

Rahmat menilai, dengan membiayai sektor-sektor yang bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi, hal itu akan bisa mengakselerasi perekonomian nasional khususnya di wilayah Sumatera Utara.

"Salah satu komitmennya yakni dengan memperbesar alokasi kredit untuk sektor-sektor produktif, yang kini tumbuh cukup signifikan," kata Rahmat.

UMKM.

Photo :

Sektor produktif itu misalnya seperti sektor manufaktur atau industri pengolahan, yang pada akhir semester I-2022 penyalurannya naik 446 persen secara year-on-year (yoy). Hal serupa juga terjadi pada sektor konstruksi, yang tercatat naik 15 persen secara year-on-year (yoy) pada akhir Juni 2022 lalu.

Rahmat menilai, tingginya pertumbuhan penyaluran kredit di dua sektor produktif tersebut memunculkan optimisme terhadap perekonomian nasional, yang kembali bangkit pasca-pandemi COVID-19. "Kami akan terus mendukung agar sektor-sektor perekonomian yang bangkit bisa lebih terakselerasi," ujarnya.

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh BRI.

Photo :

Tak hanya kepada pelaku usaha skala besar, Rahmat memastikan Bank Sumut juga mendukung pelaku UMKM agar bisa kembali bangkit, melalui pemberian fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR). 

Per 30 Juni 2022, outstanding penyaluran KUR Bank Sumut mencapai Rp 3,8 triliun, atau naik 29 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 yang hanya sebesar Rp 2,9 triliun.

Komposisi pinjaman KUR terdiri dari Rp 877 miliar untuk modal kerja, dan selebihnya Rp 621 miliar untuk investasi. Dari sisi nasabah penerima, fasilitas tersebut telah disalurkan kepada 31.644 nasabah KUR, atau naik sekitar 29 persen secara year-on-year.

"Ke depan, kami akan fokus untuk tetap memberikan fasilitas KUR dalam rangka memberdayakan UMKM, yang selama ini telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya