Menkeu Ungkap Rp 148,1 T Arus Modal Asing Kabur dari Emerging Market

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • Tangkapan layar Anisa Aulia/ VIVA.

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, akibat dari kenaikan suku bunga di negara maju telah berdampak pada negara emerging atau negara menengah. Karena hingga 22 September 2022 arus modal asing keluar atau capital outflow negara-negara emerging mencapai Rp 148,1 triliun.

Bursa Asia Fluktuatif pada Pembukaan Pasar, Investor Tunggu Keputusan Suku Bunga dari Dua Negara Ini

Ani begitu sapaan akrabnya mengatakan, inflasi yang sangat tinggi akibat gejolak dunia telah direspons oleh kebijakan moneter terutama di Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya. Di mana negara-negara tersebut menaikkan suku bunga secara agresif.

"Telah menyebabkan gejolak di sektor keuangan dan arus modal keluar dari negara-negara emerging hingga mencapai Rp 148,1 triliun (ytd) sampai dengan 22 September 2022. Hal ini menyebabkan tekanan pada nilai tukar di berbagai negara emerging," ujar menkeu dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-7 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2022-2023, Kamis, 29 September 2022.

Bursa Asia Tergerus saat Sektor Manufaktur China Menguat

Menkeu Sri Mulyani.

Photo :
  • Anisa Aulia/VIVA.

Selain itu jelasnya, Bank Sentral Amerika the Fed baru saja menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin. Artinya, sejak awal the Fed sudah menaikkan suku bunga mencapai 300 basis poin.

Bos Bank Mandiri Pastikan Sesuaikan Suku Bunga Kredit Ikuti Arah Kebijakan BI dan The Fed

"Sejak awal kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve sudah mencapai 300 basis poin. Kenaikan suku bunga di berbagai negara, terutama negara maju jelas akan meningkatkan cost of fund dan mengetatkan likuiditas yang harus kita waspadai secara sangat hati-hati," ucapnya.

Adapun dengan kenaikan suku bunga tersebut berpotensi akan
memengaruhi kinerja ekonomi global pada tahun 2023 terkontraksi ke bawah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

"Inflasi yang meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat akan mengakibatkan stagflasi. Negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang merupakan penggerak perekonomian dunia berpotensi mengalami resesi pada tahun 2023," terangnya.

Meski demikian, dari gejolak ekonomi tersebut tak lantas membuat Pemerintah khawatir dan gentar. Sebab, gejolak ekonomi itu akan dikelola secara hati-hati oleh Pemerintah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya