Waspadai Situasi Global, Sri Mulyani: Belum Terjadi Dalam 40 Tahun

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • Bea Cukai

VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti situasi global saat ini. Dalam hal ini yakni, kenaikan suku bunga, penguatan dolar Amerika Serikat (AS), serta inflasi di negara maju.

BTN Pede Program 3 Juta Rumah hingga Insentif BI Dongkrak Pertumbuhan Kredit

Menurutnya, pemerintah akan terus mewaspadai situasi global yang saat ini tidak menentu. Sebab ketidakstabilan tersebut, belum tentu terjadi dalam 40 tahun.

"Karenanya RUU APBN 2023 didesain sedemikian rupa, sebuah statement pemerintah dalam menjaga policy di tengah guncangan dan ketidakstabilan yang belum tentu terjadi dalam 40 tahun ini," kata Sri Mulyani dalam Instagramnya @smindrawati dikutip VIVA Bisnis, Kamis 29 September 2022.

Genjot Pemberdayaan Perempuan Kembangkan Usaha Mikro, PNM Raih Apresiasi

Baca juga: Bela Sambo, Febri Diansyah Ngaku Sudah Diskusi dengan 5 Ahli Hukum

Ani begitu sapaan akrabnya mengatakan, tahun depan atau 2023 pendapatan negara diproyeksikan Rp 2.463 triliun. Di mana angka tersebut dinilai aman dalam menghadapi kondisi perekonomian kini dan proyeksi masa mendatang.

Kembangkan Proyek-proyek Iklim, Indonesia-Australia Genjot Konservasi Inklusif di Papua Barat Daya

"Gejolak harga komoditas menjadi pendukung asumsi ini karena imbasnya yang cukup signifikan pada sisi pajak, bea keluar, dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Namun, mekanisme untuk mengamankan penerimaan negara apabila harga komoditas tidak setinggi yang diasumsikan tetap kita siapkan," jelasnya.

Sedangkan untuk belanja negara diproyeksikan sebesar Rp 3.061,2 triliun yang akan fokus pada peningkatan kualitas SDM, mendukung persiapan Pemilu, mengakselerasi pembangunan IKN. Serta menyelesaikan berbagai proyek infrastruktur strategis yang bermanfaat bagi masyarakat dan perekonomian.

Uang dolar AS dan rupiah.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.

Untuk Transfer ke daerah (TKD) dialokasikan Rp 814,7 triliun, untuk mendukung sektor prioritas yang akan dilaksanakan oleh daerah.

Sementara, defisit didorong semakin menurun Rp 598,2 triliun atau 2,84 persen dari PDB. Namun, dengan menjaga belanja negara sebesar Rp 3.061,2 triliun cukup memadai untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.

Gubernur Bank Sentral AS atau Federal Reserve, Jerome Powell.

Photo :
  • Youtube Federal Reserve

Adapun pembiayaan untuk menutup defisit yang bersumber dari utang didorong semakin menurun. Dan pembiayaan investasi memberdayakan peran BUMN dan BLU didorong agar efektif untuk akselerasi pencapaian target pembangunan. Dalam hal ini diantaranya, pembangunan infrastruktur, peningkatan akses pembiayaan bagi UMKM, dan pembiayaan perumahan yang layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

"Saya mengapresiasi Pemerintah dan DPR yang memiliki kesepahaman agar APBN didesain secara optimis namun tetap waspada," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya