Hiswana Migas Ungkap Banyak Nelayan Aceh Tak Terdata Dapat BBM Subsidi

Ilustrasi nelayan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aji Styawan

VIVA Bisnis – Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Aceh Nahrawi Noerdin, menyebutkan bahwa masih banyak nelayan Aceh yang tidak terdata mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.

Dengar Keluhan Nelayan di Muara Angke, Ridwan Kamil: Ini Jadi Perhatian Khusus Kami

Menurutnya nelayan yang tidak terdata itu khususnya yang menggunakan mesin di bawah 30 GT atau nelayan kecil yang pergi melaut pagi pulang sore hari. Sehingga tidak pernah terlayani dan terabaikan.

“Pada umumnya tidak terdata yang boat tep-tep (nelayan dengan perahu kecil). Mereka pergi pagi pulang sore itu tidak terdata. Itu menurut info dari SPBN lembaga penyalur dan itu malah terabaikan,” kata Nahrawi Noerdin kepada wartawan, Kamis, 22 September 2022.

Blusukan ke Muara Angke, Ridwan Kamil Dicurhati Nelayan soal Mahalnya BBM

Seorang nelayan sedang melaut saat kondisi cuaca baik beberapa waktu lalu.

Photo :
  • ANTARA/Akhyar

Menurutnya, jika mengacu pada UU penggunaan subsidi itu untuk boat 30 GT ke bawah. Sedangkan penggunaan non subsidi itu di atas 30 GT. Justru akhir-akhir ini, kata dia, penggunaan mesin kapal nelayan tidak lagi menggunakan GT, melainkan menggunakan mesin mobil horse power.

Inspiratif, Nukila Evanty Menjaga Identitas dan Hak Suku Laut di Tengah Arus Modernisasi

Untuk itu, ia meminta Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh mendata ulang untuk kapal nelayan kecil agar mereka bisa menikmati BBM subsidi dan tidak lagi menggunakan klasifikasi mesin kapal berdasarkan GT.

“Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) harus segera mendata ulang untuk boat tep-tep sehingga tepat sasaran. Kalau kita berbicara GT tidak ada GT, itu horse power semua menggunakan mesin mobil. Jadi bertolak belakang dengan UU,” ucapnya.

Ia mencontohkan seperti boat tuna, sekali pendapatan dalam tiga hari melaut itu bisa mencapai Rp 40- 50 juta. Mereka ini, kata Nahrawi tidak layak mendapat subsidi. Berbeda halnya dengan boat nelayan kecil yang hanya mendapat penghasilan sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu.

“Sekarang harapan kita itu betul-betul diregistrasi, kalau boat-boat itu didata betul. Sehingga tidak salah sasaran,” ucapnya.

Nelayan mengumpulkan udang-udang kecil hasil tangkapannya di Muara Sungai Palu, Sulawesi Tengah

Photo :
  • ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Dari informasi yang dia peroleh, untuk nelayan non subsidi juga mendapat harga spesial dari Pertamina atau bagi pelaku industri nelayan. Meskipun di Aceh tidak ada industri tersebut, menurutnya hasil tangkapan nelayan yang menghasilkan ratusan juta sekali melaut masuk dalam kategori industri.

“Tidak ada industri (Aceh), tetapi ini digolongkan ke dalam industri nelayan. Hasil tangkapannya sudah satu minggu bawa pulang rezekinya hingga ratusan juta dan itu sudah tergolong industri,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya