Neraca Perdagangan RI Agustus 2022 Surplus US$5,76 Miliar

TARGET PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2020, Peti Kemas, Pelabuhan
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA Bisnis – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 surplus sebesar US$5,76 miliar atau surplus selama 28 bulan berturut-turut.

Impor Susu Indonesia hingga Oktober 2024 Capai 257,3 Ribu Ton

“Bulan Agustus 2022 neraca perdagangan mencatat surplus sebesar US$5,76. Neraca perdagangan sampai dengan Agustus 2022 membukukan surplus selama 28 bulan berturut-turut sejak mei 2020,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam telekonferensi, Kamis 15 September 2022.

Setianto mengatakan, untuk kondisi ekspor dan impor pada Agustus 2022, di mana nilai ekspor sebesar US$27,91 miliar dan impor senilai US$22,15 miliar.

Impor RI Oktober 2024 Naik Capai US$21,94 Miliar

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 15 September 2022: Global Turun, Antam Stagnan

"Neraca perdagangan komoditas non migas tercatat surplus sebesar US$7,74 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utama yaitu bahan bakar mineral, besi dan baja, lemak dan minyak hewan nabati," jelasnya.

BPS Catat Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Naik 0,85 Persen pada 2024

Sedangkan pada non migas tercatat, mengalami defisit sebesar US$1,98 miliar. Dalam hal ini komoditas penyumbang defisit yaitu, minyak mentah, hasil minyak, dan gas.

Setianto menjelaskan, jika berdasarkan negara penyumbang surplus perdagangan Indonesia pada Agustus 2022 terdapat di tiga negara. Untuk ketiga negara itu adalah India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina.

"Untuk India surplus dengan sebesar US$1.814,1 utamanya komoditas lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral,  bahan kimia anorganik," ujarnya.

Gedung BPS / Badan Pusat Statistik

Photo :
  • vivanews/Andry Daud

Sementara, AS nilai surplus mencapai US$ 1.653,7 utamanya ada pada komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, lemak dan minyak hewan atau nabati. Kemudian pakaian dan aksesorisnya atau rajutan.

"Filipina dengan surplus US$1.092,4 utamanya terbesar adalah komoditas bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, serta besi dan baja," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya