Rizal Ramli: Rakyat Baru Mau Bangkit Sudah Dicekok Harga BBM
- VIVA/Andry Daud
VIVA Nasional – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terus mendapat kritikan dari ekonom senior sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Rizal Ramli. Menurut Rizal Ramli, kenaikan BBM sangat tidak tepat saat masyarakat tengah mencoba bangkit dari badai COVID-19.
Ada beberapa catatan yang menurut Rizal Ramli kebijakan menaikkan harga BBM sangat tidak beralasan dilakukan. Terutama di tengah kondisi masyarakat yang sedang berusaha bangkit dari pandemi COVID-19.
“Rakyat kita kan dua tahun kena COVID, berat sekali itu. Duit yang beredar juga masih sedikit. Nah ini COVID selesai waktunya bangkit. Baru mau bangkit sudah dicekok dengan harga BBM. Ini tidak bijaksana dan seenak-enake. Karena tidak ada alasan wong harga minyak mentah internasional turun,” kata Rizal Ramli dalam tayangan Karni Ilyas Club.
Rizal Ramli menambahkan, dulu pada awal perang Ukraina harga minyak mentah dunia 120 dollar perbarel sedangkan hari ini turun menjadi 87 dollar. “Apalagi dua hari lalu di sidang OPEC, nyaris tidak ada pemotongan produksi yang tinggi. Artinya tren minyak bakal turun,” tambahnya.
Tak hanya itu, Rizal Ramli juga menyoroti kontradiksi dari pernyataan pemerintah selama ini. Ditambah dengan tidak lagi sakralnya angka-angka yang seharusnya menjadi barang suci untuk menganalisa perekonomian.
“Katanya indonesia hebat kuat ada surplus dar kenaikan beberapa komoditi. Dari batubara misalnya naik dari 60 dollar sampai di atas 200 dan sebagainya. Tadi ngaku-ngakunya surplus tapi sekarang ngaku tidak punya uang,” kata Rizal Ramli.
“Saya ini ekonom yang menganggap angka sebagai barang suci seperti di pengadilan sebagai barang bukti. Saya dengan staf kalau ada yang salah angka sangat marah. Karena kalau angka diubah-ubah bagaimana mau analisa,” lanjutnya.
Rizal menilai kredibilitas angka-angka yang sangat suci untuk menganalisa tersebut justru telah dirusak karena hanya demi untuk menyenangkan saja.