158 Ribu KK di Banten Tak Punya Jamban Layak, 77 Ribu Sulit Air Bersih

Sanitasi layak untuk warga. (ilustrasi)
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA Bisnis – Tercatat ada sekitar 158 ribu Kepala Keluarga (KK) di Banten tidak memiliki jamban yang layak. Kemudian, ada sekitar 77 ribu KK yang tidak memiliki akses bersih dan kayak konsumsi. Meski air terlihat jernih, namun berpotensi tercemar kimia.

Gemuk Lemak atau Gemuk Air? Kenali Perbedaannya dan Cara Mengatasinya

"158 ribu KK yang tidak punya jamban layak, terbanyak di Pandeglang dan Lebak. Ada 77 ribu keluarga yang tidak memiliki akses air minum sehat," kata Plt Kepala BKKBN Banten, Dadi Ahmad Roswandi, Jumat 2 September 2022.

Pemkot Tangerang melakukan sidak di kontrakan yang tidak punya jamban.

Photo :
  • VIVAnews/ Sherly.
Manfaat Soda Kue untuk Kebersihan Toilet: Solusi Murah dan Efektif

Mirisnya, ada yang mengkonsumsi air dari sungai. Di hulunya sudah tercemar kotoran manusia, limbah rumah tangga hingga limbah industri. Bahkan banyak kasus, sumur berada dekat septic tank.

Air kotor mengandung banyak bakteri, salah satunya E-coli yang bersumber dari kotoran manusia. Air itu, terutama dari sungai yang tercemar, kemudian digunakan masyarakat untuk mencuci piring, mandi hingga memasak.

Pramono Anung: Baru 44 Persen Wilayah Jakarta Dapat Akses Air Bersih

"Apalagi daerah pertambangan air sungai mengandung cairan kimia dan banyak tinja dan kotoran binatang yang dibuang ke sungai. Misal punya bayi, bayinya 6 bulan kan udah mulai minum, kalau minumnya dari air tercemar kan bagaimana. Nanti dia kolera, buang air besar lama-lama," terangnya.

Akses air bersih dan ketersediaan jamban yang memadai menjadi salah satu faktor penyebab stunting bagi bayi. Peran serta berbagai Organisasi Perangkat Dinas (OPD) harus dilakukan dan programnya tepat sasaran, lantaran keuangan daerah yang terbatas.

Dadi Ahmad Roswandi menyarankan agar Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) bekerja sama membuat jamban agar tepat sasaran ke masyarakat yang membutuhkan, terutama keluarga yang memiliki anak stunting.

"Kemudian ada komunikasi perubahan perilaku. Jadi kalau buang air besar itu di jamban. Harus disesuaikan dari hulu sampai hilir, misalkan jambannya itu kan harus ada ketersediaan air dan sebagainya, jangan jamban enggak ada airnya," jelasnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya