RI Deflasi 0,21 Persen, Sri Mulyani: Sesuai Diagnosa
- Anisa Aulia/VIVA.
VIVA Bisnis – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Agustus 2022 terjadi deflasi sebesar 0,21 persen secara month to month (mtm). Penyumbang utama deflasi tersebut adalah kebutuhan pokok.
Menanggapi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan deflasi di Agustus tersebut sudah diperkirakan oleh Pemerintah.
"Ini memang sesuai dengan diagnosa, bahwa kemarin inflasi yang naik terutama dikontribusikan oleh faktor makanan. Dan dari faktor makanan yang bisa diatasi, secara relatif cepat seperti cabai dan lain-lain itu yang sekarang jadi fokus tim pengendalian inflasi," kata Sri Mulyani kepada awak media, Kamis 1 September 2022.
Ani begitu sapaan akrabnya menuturkan, inflasi pangan yang kemarin meningkat sebesar 11,47 persen secara year on year (yoy). Saat ini sudah turun hingga 8 persen.
"Makanya pak Presiden minta kepada seluruh kepala-kepala daerah, menteri pertanian, perdagangan untuk melihat keseluruhan faktor-faktor yang menyumbangkan inflasi itu. Dan kita juga diminta untuk menggunakan instrumen-instrumen APBN yang ada, termasuk transfer ke daerah," jelasnya.
Adapun dengan deflasi itu Ani berharap ke depannya akan terus terjaga keberlanjutannya.
Sebelumnya, Kepala BPS Margo Yuwono mengumumkan berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan di 90 kota pada Agustus 2022, tercatat terjadi deflasi sebesar 0,21 persen.
“Pada Agustus 2022 terjadi deflasi sebesar 0,21 persen, atau terjadi penurunan indeks harga konsumen atau IHK dari 111,80 pada Juli 2022 menjadi 111,57 pada Agustus 2022," kata Margo.
Margo menyatakan, deflasi sebesar 0,21 persen tersebut merupakan yang terdalam sejak September 2019. Sebab di September 2019 deflasi sebesar 0,27 persen.
"Komoditas utama penyumbang deflasi berasal dari bawang merah, cabai merah, cabai rawit minyak goreng, dan daging ayam ras," jelasnya.