Harita Nickel Siap Pasok 1,5 Juta Baterai Kendaraan Listrik pada 2022
- istimewa
VIVA Bisnis – Harita Nickel melalui PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), sebagai produsen bahan baku utama baterai kendaraan listrik berupa Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), memiliki kapasitas produksi mencapai 365 ribu WMT per tahun.
Head of External Relations Harita Nickel, Stevi Thomas memastikan, dengan kapasitas produksi sebesar itu, Harita Nickel mampu memenuhi kebutuhan 1,5 juta baterai kendaraan listrik pada tahun ini.
"Dan mampu memenuhi kebutuhan lebih dari tiga juta kendaraan listrik pada tahun 2040," kata Stevi dalam keterangannya, Kamis 1 September 2022.
Baca juga: Inflasi Naiknya Harga BBM Tak Tinggi, Pengamat: Diselaraskan Bansos
PT HPL berhasil memproduksi MHP dengan memanfaatkan nikel limonit (kadar rendah), melalui teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL). Sebelumnya, nikel limonit tidak dimanfaatkan karena kadarnya sangat rendah (<1,3 persen), dan tergolong jenis batuan penutup (overburden).
"Namun, jenis tersebut kini memiliki nilai strategis dan menjadi material yang banyak dicari produsen baterai kendaraan listrik dunia," ujarnya.
Stevi menyatakan, pihaknya turut mendukung upaya penanggulangan perubahan iklim. Caranya yakni dengan mendorong penurunan emisi dari penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil, demi mencapai netralitas karbon (Net Zero Emission) dan energi bersih pada 2060.
Dia menambahkan, di saat pemerintah bercita-cita menjadi pemain utama dunia dalam industri baterai kendaraan listrik, Harita Nickel sudah menjadi pionir tidak hanya dalam pengolahan dan pemurnian bijih nikel kadar rendah melalui teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL).
"Tapi juga membawa Indonesia satu langkah ke depan sebagai produsen bahan baku baterai kendaraan listrik yang diperhitungkan dunia," kata Stevi.
Selain upaya optimal dalam konservasi mineral nikel limonit, kehadiran teknologi HPAL memiliki manfaat lain berupa penyediaan ribuan lapangan kerja khususnya bagi para tenaga kerja lokal di Pulau Obi, Halmahera Selatan. Hal itu selain kontribusi ekonomi lainnya dalam bentuk pendapatan negara, pembangunan daerah di wilayah operasional, serta peningkatan dan perluasan jangkauan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
"Penerapan teknologi tersebut menjadi salah satu wujud komitmen perusahaan, terhadap praktik operasional yang ramah lingkungan. Begitu juga komitmen terhadap keberlanjutan menjadi strategi perusahaan melalui tiga pilar utama, yakni perubahan iklim, hak asasi manusia, dan tata kelola," ujarnya.