Mendag Zulhas Klaim Harga Telur Turun di DKI, Rata-rata Rp 30 Ribu/Kg
- VIVA/Andrew Tito
VIVA Bisnis – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan harga telur yang sebelumnya melonjak hingga di atas Rp 30 Ribu per kilogram, hingga kini telah stabil kembali.
Ditemui VIVA Bisnis di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Zulhas mengatakan bahwa rata-rata harga telur di Jakarta hingga kini telah sebesar Rp 30 per kilogramnya.
“Udah turun, dulu pas jadi Menteri itu harganya Rp 32 ribu. Naik sampe Rp 37 ribu. Sekarang di Jakarta rata rata Rp 30 ribu di Sumatera rata-rata Rp 27-29, di luar Jawa Rp 30an ribu. Jadi sudah agak turun sedikit,” ujar Zulhas ditemui di Bandara Soetta, Kamis 1 September 2022.
Baca juga: Sebar Bansos BBM Rp 600 Ribu, Stafsus Mensos: Tekan Pengeluaran Rakyat
Zulhas mengatakan dirinya akan mengusahakan akhir minggu ini harga telur ayam akan kembali turun di pasaran. “Mudah-mudahan akhirnya Minggu ini sudah bisa di bawah 30 ribu semuanya,” ujarnya.
Zulhas berpendapat dengan turunnya harga BBM hari ini merupakan salah satu faktor turunnya harga telur ayam di beberapa kota.
“Iya saya ga ngira-ngira ya mungkin salah satunya itu (BBM Turun) BBM nanti tunggu tanggal mainnya saja,” ujarnya.
Dikabarkan sebelumnya Zulhas bertemu para peternak hari ini di Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis 1 September 2022.
Pertemuan dengan para peternak, Zulhas membahas harga telur ayam yang belakangan ini melonjak di atas Rp 30.000 per kilogram (kg). Saat itu pertemuan membahas penyebab kenaikan telur ayam di pasaran.
Sementara hasilnya peternak dan Kementerian Perdagangan akan terus berkoordinasi untuk menurunkan harga selama dua pekan dari saat itu. Naiknya harga telur ayam belakangan ini meresahkan masyarakat. Pedagang atau usaha makanan juga sampai harus putar otak saat harga salah satu komoditas utama itu meningkat harganya.
Zulhas sempat mengakui memang harga telur ayam meningkat di antara Rp 31.000- Rp 32.000 per kg. Zulhas katakan penyebab harga telur ayam naik di antaranya meningkatnya permintaan karena adanya bantuan sosial (bansos) dalam bentuk sembako di daerah hingga populasi ayam petelur yang kini menurun.
Zulhas menjelaskan Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan bantuan uang kepada pemerintah daerah. Kemudian pemerintah daerah yang membelanjakan bantuan tersebut dalam bentuk sembako yang termasuk di dalamnya telur ayam.
Dalam pelaksanaan atau pembelanjaan bansos itu hanya lima hari. Akibatnya permintaan dalam lima hari mendadak tinggi, pasokan kurang di pasar, kemudian harga pun meningkat.
Peternak membuka data di depan Zulhas terkait penyebab lainnya adalah jumlah populasi ayam petelur yang menurun 50 persen sampai 60 persen. Penurunan itu terjadi hampir dua tahun lalu, di mana harga telur ayam di tingkat peternak anjlok dan mendorong peternak melakukan pengurangan populasi (afkir).
"Memang kenaikan itu, satu, dampak dari pada tahun 2021 telur itu waktu itu sampai Rp 14.000 kita masih pandemi. Rp 14.000 itu rugi karena ongkosnya telur itu Rp 24.000. Oleh karena itu pada waktu itu terjadi apa yang kita sebut afkir dini. Induknya dipotong dijadikan ayam potong dampaknya tentu sekarang," ujarnya.
Selain itu Zulhas berpendapat penyebab naiknya harga telur ayam adalah pulihnya ekonomi yang memicu banyak permintaan di berbagai lokasi. "Ini juga mengakibatkan permintaan naik," ujarnya.