Jor-joran Tarik Investasi Migas, Investor Bebas Pilih Skema Kerja Sama

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji.
Sumber :
  • Antara/HO-Kementerian ESDM

VIVA Bisnis – Pemerintah jor-joran menawarkan berbagai kebijakan menarik di sektor hulu minyak dan gas bumi. Hal tersebut untuk lebih banyak lagi menarik investasi di sektor strategis tersebut di Tanah Air.

Polisi Bongkar Kasus Penipuan Skema Ponzi Modus Arisan, 85 Orang Jadi Korban

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjabarkan, kebijakan itu antara lain fleksibilitas kontrak. Yang, memungkinkan para kontraktor memilih skema kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) berbentuk cost recovery atau gross split.

"Kebijakan menarik juga terkait perbaikan terms and conditions pada putaran lelang, insentif fiskal dan nonfiskal, perizinan online, dan penyesuaian regulasi untuk WK (wilayah kerja) migas nonkonvensional," kata Tutuka di Jakarta, Selasa, 30 Agustus 2022.

Investasi Syariah Makin Dilirik, Jumlah Investor Terus Meningkat

Ilustrasi industri hulu migas RI (anjungan lepas pantai/offshore platform)

Photo :
  • Dok. Pertamina

Lebih lanjut dia mengatakan, konflik yang terjadi di Eropa membuat harga-harga energi berangsur mengalami kenaikan. Sehingga menekan ekonomi negara-negara anggota G20, yang tengah bangkit kembali setelah pandemi COVID-19.

Bahlil Minta Dirjen Migas Baru Rampungkan Lelang 60 Blok Migas hingga 2027

Salah satu energi yang terdampak konflik adalah gas alam, karena pasar gas menjadi semakin ketat. Terjadi gangguan pasokan, volatilitas harga, dan underinvestment. Dampaknya bagi pasar gas adalah terjadinya peningkatan pada LNG spot price.

"Sebagai negara penghasil dan pengekspor gas, Indonesia sebenarnya tidak terdampak langsung oleh disrupsi pasar gas yang sedang terjadi secara global. Namun, kami berharap situasinya akan lebih baik terutama bagi negara-negara yang terdampak langsung dari kenaikan harga dan ketidakpastian pasokan gas," ujarnya.

Pemerintah Indonesia, tutur Tutuka, juga telah membangun infrastruktur gas bumi di seluruh Indonesia. Sebagai negara produsen dengan potensi investasi hulu migas yang cukup besar, peningkatan investasi gas bumi menjadi penting untuk menjamin keamanan pasokan dan menstabilkan harga gas.

"Kami juga menyadari bahwa stabilisasi pasar gas global membutuhkan kerja sama dari semua pihak, termasuk produsen, konsumen, investor, dan pemangku kepentingan lainnya," tambahnya.

Ilustrasi tempat pengolahan minyak dan gas bumi.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Pada neraca gas Indonesia periode 2022-2030, Indonesia diproyeksikan memenuhi seluruh permintaan produksi domestik. mulai dari suplai eksisting, suplai proyek, dan suplai potensial. Selain itu, peran LNG juga dapat dioptimalkan.

Sesuai proyeksi, akan terdapat peningkatan produksi LNG pada 2028. Dalam 10 tahun mendatang, Indonesia akan surplus gas hingga 1.715 MMSCFD, berasal dari proyek potensial di berbagai daerah di Indonesia.

"Proyek-proyek tersebut antara lain Blok Masela yang akan mulai berproduksi setelah pertengahan dekade ini dan proyek IDD yang diharapkan dapat mendukung produksi LNG Bontang. Ada juga Andaman dan Agung, yang diharapkan bisa berkontribusi pada neraca gas dalam jangka panjang," jelas Tutuka.

Pada kesempatan yang sama, Chair ETWG Yudo Dwinanda Priaadi menekankan stabilitas pasar gas sangat penting, salah satunya bahwa gas membuka akses kepada sumber energi bersih yang terjangkau dan andal, serta untuk sumber energi pembangkit listrik.

Gas bumi dapat menjadi sumber energi yang mampu menyediakan pasokan energi yang fleksibel dan tidak terputus. Sebab, gas adalah material kunci untuk berbagai industri, seperti pupuk, baja, dan petrokimia. 

"Gas juga sumber energi kunci untuk menyediakan energi yang lebih bersih dan andal untuk rumah tangga, terutama bagi negara berkembang. Gas juga menjadi jembatan bagi pengembangan sumber energi terbarukan," jelas Yudo.

"Menyadari pentingnya peran gas, maka stabilitas pasar gas global perlu dijaga. Ketidakstabilan pasar gas kemungkinan akan berdampak negatif pada perekonomian secara keseluruhan," ujar Yudo. (Ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya