Tekanan Inflasi Akan Semakin Meningkat, BI Ungkap Tanda-tandanya

Deputi Gubernur BI, Aida S. Budiman.
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) memperkirakan, tekanan inflasi ke depannya akan meningkat. Hal itu dipicu karena masih tingginya harga pangan dan energi global.

Posisi Utang Luar Negeri RI di Kuartal III-2024 Capai US$427,8 Miliar, Tumbuh 8,3%

Inflasi Indonesia di Juli 2022 ada di angka 4,94 persen secara tahunan year on year (yoy). Di mana itu menjadi inflasi tertinggi sejak tahun 2015.

"Kami melihat ke depan, tekanan inflasi ini akan juga makin meningkat. Karena ini juga didorong masih tingginya harga energi dan pangan global serta adanya kesenjangan pasokan," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman pada Rapat Kerja Komite IV DPD RI, Kamis 25 Agustus 2022.

Suzuki Siapkan Wagon R Baru, Harga Rp140 Jutaan Bensin Irit Banget

Tiga Hal yang Memicu Inflasi

Ilustrasi harga BBM.

Photo :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Balik Melemah Dipicu Kebijakan Tarif Trump

Aida mengatakan, untuk inflasi inti serta inflasi-inflasi ke dalam, ke depannya diperkirakan masih berisiko meningkat. Dalam hal ini terdapat tiga hal pemicu meningkatnya inflasi.

Pertama, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kedua, inflasi volatile food dan ketiga penguatan tekanan inflasi dari sisi permintaan.

"Jadi kita memang melihat dari sisi permintaan domestik memang pulihnya itu relatif baik sekali. Dan ini tentunya akan tetap menjadi perhatian kita," ujarnya.

Aida menjelaskan, dari berbagai perkembangan tersebut diperkirakan hal itu akan mendorong tingginya inflasi di 2022 dan 2023.

"Dan ada potensi untuk melebihi batas atas sasaran 3 persen plus 1 persen. Oleh karena itu dibutuhkan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan BI untuk langkah-langkah pengendaliannya," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya