Harga Tiket Pesawat Naik, Pengelola Bandara: Kami Pun Terdampak

Wajah Baru Bandara Lombok.
Sumber :
  • Instagram @lombokairport

VIVA Bisnis – Harga tiket pesawat Lombok (LOP) - Bima (BMU) naik berkali-kali lipat. Semulanya berada pada kisaran Rp 500 ribuan dan kini naik hingga nyaris mencapai Rp 2,7 juta.

Libur Nataru, Bali dan Surabaya Dominasi Penerbangan Terpadat di Bandara Soetta

Dari penelusuran VIVA, harga tiket Lombok - Bima menggunakan maskapai Wings Air dengan harga paling murah berada di Rp 1.283.360 dan termahal Rp 2.698.060 untuk Kamis, 25 Agustus 2022 besok.

Humas PT Angkasa Pura I Bandara Lombok Arif Haryanto mengatakan, kenaikan harga tiket pesawat juga berdampak terhadap pengelola bandara. Kondisi itu akan membuat penurunan jumlah penumpang.

Tiga Bandara Ini Dalam Pantauan Khusus AirNav Buntut Cuaca Ekstrem saat Nataru

"Tiket itu ranahnya pihak maskapai. Kami sebagai pengelola bandara juga terdampak atas kenaikan tiket pesawat," katanya dikonfirmasi, Rabu, 24 Agustus 2022.

Harga Tiket Pesawat Naik karena Avtur

Tinjau Bandara Juanda Jelang Nataru, AHY Soroti soal Antisipasi Delay

Layanan Avtur Bandara BIJB Kertajati

Photo :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Penyebab naiknya harga tiket pesawat salah satu karena naiknya harga avtur atau bahan bakar pesawat. Kenaikan harga avtur mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Arif membenarkan kenaikan avtur menjadi faktor utama kenaikan harga tiket pesawat.

"Betul, avtur ini memang banyak berpengaruh ke harga tiket. Dan hampir semua rute saat ini harga tiket pesawat naik drastis," ujarnya.

Tidak hanya kenaikan avtur, harga tiket pesawat yang naik drastis juga disebabkan oleh jumlah pesawat yang beroperasi masih sangat terbatas.

"Selain avtur, saat ini jumlah pesawat yang beroperasi juga masih sangat terbatas. Jadi frekuensi penerbangan juga hanya sedikit. Jadi supply dan demand tidak seimbang," katanya.

Banyak Pesawat Dikembalikan ke Lessor saat Pandemi

Ilustrasi Naik Pesawat

Photo :
  • unsplash.com

Arif menjelaskan banyak pesawat yang dikembalikan pada pihak lessor atau pihak yang menyewakan pesawat. Itu karena sejak pandemi, pesawat sangat sedikit yang beroperasi. Untuk mengantisipasi kerugian, banyak maskapai mengembalikan pesawat ke lessor.

"Banyak pesawat yang dikembalikan ke pihak lessor. Karena selama pandemi pesawat-pesawat kan tidak beroperasi, jadi maskapai memilih mengembalikan ke lessor daripada menanggung biaya sewa yang lumayan," jelasnya.

Dijelaskan, Garuda yang semula 144 pesawat kini beroperasi sekitar 33 pesawat untuk semua rute. Hal serupa bahkan dialami maskapai lain.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya