Kemenhub Sulap Terminal Bus Jadi Seperti Bandara, Ini Caranya
- Dokumentasi Kemenhub.
VIVA Bisnis – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menerakan konsep mixed use untuk mengoptimalkan fungsi dari terminal bus. Hal itu merupakan salah satu langkah agar infrastruktur yang telah dibangun dengan megah menjadi sia-sia tidak terpakai.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Hendro Sugiatno bahwa Pandemi COVID-19 telah meluluhlantahkan semua sendi perekonomian. Termasuk transportasi di dalamnya, yang menyebabkan turunnya jumlah penumpang sehingga membuat sepi terminal dan semua sektor pendukungnya.
Untuk ini pihaknya berusaha mengaktifkan kembali aktivitas di terminal dengan membuat sebuah terobosan yang juga diharapkan dapat berdampak pada perekonomian masyarakat di sekitarnya.
“Sesuai arahan Bapak Menteri Perhubungan bahwa saat ini terminal harus multi fungsi selain ruang tunggunnya nyaman, toilet bersih, dan fungsi pelayanan transportasi daratnya berjalan dengan baik," ujar Hendro dikutip dari keterangannya, Senin, 22 Agustus 2022.
"Kita pun berusaha menerjemahkannya dengan konsep mixed use terminal. Dan Alhamdulliah saat ini sudah terlihat hasilnya, di mana banyak masyarakat yang kembali menggunakan terminal,” tambahnya.
Hendro menjabarkan, yang dimaksud multi fungsi atau yang biasa disebut mixed use adalah pengoptimalan bagian-bagian lain dari terminal. Seperti untuk aktivitas masyarakat tanpa mengurangi fungsi utama terminal yaitu naik dan turun penumpang dengan bus menuju tempat yang diinginkan.
Hendro juga optimistis konsep ini akan berjalan evektif. Sebab, beberapa terminal yang dibangun oleh Pemerintah berukuran cukup luas.
“Konsep mixed use juga dirancang untuk mengoptimalkan lahan yang ada di terminal dikarenakan pada awal dahulu Pemerintah menginginkan jika terminal sama rapi dan bagusnya dengan bandar udara,” tegasnya.
Selain itu lanjutnya, langkah ini diharapkan juga dapat memberi pemasukan lebih kepada negara. Melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Pada kesempatan terpisah, Direktur Prasarana Transportasi Jalan, Popik Montanasyah juga menjelaskan selain diterpa oleh Pandemi COVID-19. Kemajuan teknologi dan kemudahan akses mendapat kredit kepemilikan kendaraan bermotor juga menurunkan kegiatan masyarakat menggunakan bus dan terminal serta fasilitas pendukungnya lainnya.
Karena itu lanjut Popik, pihaknya merumuskan mixed use terminal ini dengan tiga fungsi di dalamnya. Pertama, fungsi utamanya adalah terminal itu sendiri sebagai Hub. Kedua, fungsi ekonomi atau komersial. Dan ketiga, fungsi layanan masyarakat.
"Untuk fungsi yang terakhir adalah kami akan memberikan space bagi Pemerintah Daerah untuk membuka layanan perpanjang perizinan kepada warganya. Seperti Samsat, Dukcapil, dan lainnya,” katanya.
Popik juga menjelaskan terminal yang pertama menggunakan konsep tersebut adalah Terminal Dhaksinarga Gunung Kidul, Yogyakarta. Dengan penerapan konsep mixed use terminal yang dikerjasamakan dengan Pemerintah Daerah maka ekosistem menjadi tumbuh dan perekonomian mulai bergerak.
"Hal ini terbukti adanya toko UMKM dan kafe yang buka di sana untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang datang," ujarnya.
Selanjutnya, tambahnya, adalah Terminal Mangkang di Semarang. Jika dilihat terminal ini cukup jauh dari pusat kota, sekitar 17 Km. Dengan konsep mixed use, terminal ini pun diterapkan, dengan dukungan dari Pemerintah Kota Semarang yang akan membuka 30 pelayanan publik di Terminal Tipe A maka perekonomian di terminal tersebut mulai tumbuh.
Kemudian terminal Tirtonadi, Solo. Di mana, ketiga fungsinya yang dicanangkan telah berhasil dilakukan. Bahkan pada event Asean Para Games 2022 dengan cabang Yudo dilakukan di terminal tersebut. Dan yang terakhir adalah konser musik God Bless yang diselanggarakan Convention Hall Terminal Tirtonadi yang dihadir oleh 500 orang penonton.
“Bahkan hingga Desember mendatang Convention Hall telah padat dengan beragam acara dan kegiatan setiap weekend dan weekday-nya,” katanya.