Kucurkan Rp 11,5 Miliar, Pertamina Bantu Perajin Batik Jaga Budaya RI
- VIVA.co.id/ Dody Handoko
VIVA Bisnis – PT Pertamina (persero) mengucurkan pinjaman murah mencapai Rp 11,5 miliar kepada 300 orang perajin batik di seluruh Indonesia yang menjadi mitra binaannya. Perajin batik tersebut adalah pengusaha kecil atau pelaku usaha batik yang sangat peduli untuk melestarikan warisan budaya nasional.
Salah satunya adalah pemilik usaha Batik Pekatan di Depok, Jawa Barat, Iftitakhiyah. Menurut dia usahanya dirintis pada 2019 dan dirinya terlahir dari keluarga pengusaha batik di Pekalongan.
Batik Pekatan sendiri mengembangkan usaha batik tulis sekaligus menjaga para artisan batik tulis untuk terus berkarya dan memperluas pasarnya. Dia mempekerjakan tiga pengrajin di Pekalongan, Cirebon dan Lasem, serta dua desainer dan penjahit untuk collection ready to wear.
Baca juga: Bareskrim ke Kamaruddin, AKBP Ditahan hingga Bharada E Ganti Pengacara
Selama pandemi, Iftitakhiyah mendapatkan pinjaman murah Rp 50 juta pada 2020. Omzet Batik Pekatan mencapai Rp 150 juta pada tahun itu. Pada 2021, omzetnya meningkat menjadi Rp 200 juta, pemasarannya dibantu Pertamina. Batik Pekatan sudah dua kali mengikuti event yaitu Pertamina Smexpo 2021 dan Adiwastra.
Kemudian, pelaku batik lainnya pemilik Muria Batik Kudus, Yuli Astuti. Ia mengatakan sejak 2006 membangun bisnis batik sekaligus untuk melestarikan batik Kudus.
Menurutnya, batik Kudus yang mengalami kejayaan pada era 1930-an hingga 1970-an mulai punah. Untuk menjaga warisan budaya itu, dia melakukan penelitian dan membuat batik Kudus dengan menerapkan kearifan lokal.
“Saya memilih menggunakan nama Muria Batik karena sering meneliti sejarah di Gunung Muria yang kemudian saya aplikasikan ke motif batik,” ujar Yuli beberapa waktu lalu.
Sejauh ini, Yuli telah mendaftarkan sekitar 30 motif batik di Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) seperti motif Parijotho, Kudusan, Kapal Kandas, dan batik-batik lainnya yang khas dengan daerah Kudus.
Untuk mengembangkan bisnis batik yang berlokasi di Karangmalang itu, dia telah dua kali mendapatkan pinjaman murah dari Pertamina yakni senilai Rp 10 juta pada 2017 dan Rp 150 juta pada 2019. Omzetnya meningkat 30 persen hingga Rp 100 juta per bulan.
“Perkembangan setelah mendapatkan pendanaan sangat terbantu sekali, selain dengan bunga ringan dan pembinaan selama ini serta kesempatan pameran dan pemasaran yang diberikan Pertamina sangat membantu perkembangan usaha Muria Batik. Walaupun kemarin ada pandemi masih mampu bertahan,“ jelasnya.
Tak hanya itu, Yuli berencana menambah permodalan lewat pinjaman dari Pertamina untuk menambah modal stok bahan baku. Selain itu, modal tersebut akan digunakan buat mengembangkan pemasaran lebih luas, baik di Jawa maupun luar Jawa. “Kami juga ingin menembus negara luar seperti Malaysia, Singapura, dan Jepang,“ tegasnya.
Dengan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, tutur Yuli, dia dapat memberikan pelatihan batik kepada masyarakat. Saat ini, dia telah melakukan pembinaan batik di sekolah, anak-anak difabel, anak-anak berkebutuhan khusus agar mereka mengenal batik sejak dini. Atas inisiatif ini, Yuli mendapatkan penghargaan sebagai Juara 1 Local Hero Pertamina 2019.
“Pendanaan lanjutan dari Pertamina akan memungkinkan saya bisa memberikan pelatihan batik ke masyarakat lebih banyak dan juga pengembangan dan penelitian motif Kudus semakin lebih banyak,” jelasnya.
Selain itu, Yuli telah mempersiapkan Muria Batik untuk mengikuti e-tendering sehingga pasarnya makin terbuka luas. “Selama ini belum pernah ikut tender. Kalau untuk kantor seragam biasanya pesan langsung. Ke depan kami memang sudah ada rencana ikut e-tendering,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Kementerian PPN/Bappenas Ahmad Dading Gunadi mengatakan pemerintah telah mendorong pengadaan barang dan jasa pemerintah yang bersumber dari dari UMKM. Fasilitas yang telah dikembangkan adalah e-purchasing berupa katalok elektronik dan toko daring.
“Aplikasi belanja online dikembangkan LKPP dengan menyediakan berbagai macam produk dari berbagai komoditas yang dibutuhkan oleh pemerintah,“ katanya.
Fasilitas lainnya, kata Ahmad Dading, adalah e-tendering berupa Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan Pasar Digital (PaDi) Kementerian BUMN.
“Kementerian BUMN meluncurkan program Pasar Digital (PaDi) yang bertujuan untuk menjadi solusi bagi UMKM, BUMN, dan Pemerintah dalam menciptakan ekosistem pengadaan barang jasa yang terintegrasi dan transparan. PaDi memiliki layanan seperti marketplace business to business dan business to consumer berupa pasar digital untuk belanja B2B maupun retail, otomasi perpajakan, PaDi e-Procurement, dan Control Tower Dashboard sebagai media informasi terkait UMKM dan pembelanjaan UMKM,“ ujarnya.