Jokowi Pertegas Hilirisasi Jadi Kunci Bangun Ekonomi Indonesia
- Youtube Sekretariat Presiden
VIVA Bisnis – Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa Indonesia mempunyai kesempatan besar untuk membangun Indonesia yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Caranya yakni dengan melakukan upaya hilirisasi dan industrialisasi pada sumber daya alam (SDA), guna mendongkrak nilai tambah bagi perekonomian nasional.
Hal itu diutarakan Jokowi dalam pidato pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI serta DPD RI, dalam rangka HUT RI ke-77 di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta.
"Hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam harus terus dilakukan. Hilirisasi nikel, misalnya, telah meningkatkan ekspor besi baja 18 kali lipat," kata Jokowi, Selasa 16 Agustus 2022.
"Tahun 2014, (ekspor besi baja) hanya sekitar Rp16 triliun, tapi di tahun 2021 meningkat menjadi Rp306 triliun," tambahnya.
Karenanya, di akhir tahun 2022 ini Jokowi pun berharap bahwa ekspor besi baja bisa mencapai Rp440 triliun. "Itu hanya dari nikel," kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi menegaskan bahwa penerimaan pajak dan devisa negara juga naik, sehingga kurs rupiah lebih stabil. Sekarang ini, lanjut Jokowi, Indonesia telah menjadi produsen kunci dalam rantai pasok baterai lithium global. "Hal itu membuat produsen mobil listrik dari Asia, Eropa, dan Amerika, ikut berinvestasi di Indonesia," ujar Jokowi.
Setelah nikel, Jokowi memastikan bahwa pemerintah juga akan mendorong hilirisasi bauksit, hilirisasi tembaga, dan timah. Menurutnya, Indonesia harus membangun ekosistem industri di dalam negeri agar terintegrasi, yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia.
Selain hilirisasi, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau juga harus terus ditingkatkan. Hal itu seiring upaya persemaian sekaligus rehabilitasi hutan tropis dan hutan mangrove, serta rehabilitasi habitat laut yang juga akan terus dilakukan dan akan menjadi potensi besar penyerap karbon.
Dia meyakini, energi bersih dari panas matahari, panas bumi, angin, ombak laut, dan energi bio, akan menarik industrialisasi penghasil produk-produk rendah emisi. Kawasan industri hijau di Kalimantan Utara dipastikan akan menjadi Green Industrial Park terbesar di dunia.
"Saya optimistis, kita akan menjadi penghasil produk hijau yang kompetitif di perdagangan internasional. Upaya tersebut bisa langsung disinergikan dengan program peningkatan produksi pangan dan energi bio," ujarnya.