Kementan Tegaskan Tanaman Lokal Bisa Tekan Ketergantungan Impor

Ilustrasi Ekspor-Impor
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Bisns – Kementerian Pertanian menggenjot produktivitas tanaman pangan lokal untuk menekan ketergantungan impor saat ini. Salah satu komoditas yang disoroti adalah impor gandum, yang sempat terkendala karena perang Rusia-Ukraina.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi mengakui kondisi global saat ini tidak biasa-biasa saja. Namun, kata dia, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi peningkatan produktivitas pertanian Indonesia karena didukung oleh sistem produksi yang terjaga baik.

"Sehingga (pertanian) memiliki kontribusi positif di saat sulit. PDB pertanian malah tumbuh. Ekspor naik berlipat-lipat, 38 persen. Naik tinggi. sistem produksi terjaga baik," kata Suwandi dalam sebuah diskusi daring, dikutip dari keterangannya, Kamis, 11 Agustus 2020.

Data ekspor Badan Pusat Statistik (BPS) per April 2022, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-April 2022 mencapai US$93,47 miliar atau naik 38,68 persen dibanding periode sama tahun 2021. Sektor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang kenaikan 11,94 persen untuk periode yang sama.

Tanaman gandum.

Photo :
  • Pixabay

Ada dua langkah yang dilakukan Kementan untuk menghadapi ancaman krisis pangan dunia. Yaitu, memantapkan kapasitas produksi dari tanaman pangan lokal yang sudah ada, seperti padi dan jagung. Juga melakukan diversifikasi produksi dan konsumsi tanaman pangan lokal.

"Jepang, Korea itu kuat karena cinta produksinya. Jangan membeli produk orang lain. Belilah produk-produk petani kita," katanya.

Ia menjelaskan, ada beragam tanaman pangan lokal yang berpotensi menjadi pengganti gandum, seperti singkong, sorgum, sagu, ubi jalar, talas, dan lainnya. Yang tengah digencarkan Kementan saat ini adalah perluasan produksi sorgum. 

Dituding Ruwet dan Bertele-tele, Pemerintah Pangkas Birokrasi Penyaluran Pupuk Subsidi

Karena sorgum mudah dibudidayakan pada lahan yang tidak subur, bahkan tandus. Sorgum juga masih satu kerabat dengan gandum dalam penamaan ilmiah.

"Kelebihan sorgum adalah sekali tanam bisa dikepras dua kali. Artinya, setahun bisa tiga kali panen dengan sekali masa tanam," katanya.

PT Global Marketing Technology Beri Penghargaan kepada Kanwil Bea Cukai Banten

Tanaman Sorgum di NTT

Photo :

Penyuluh Pertanian Lapang Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Esti Fauziah menambahkan, sorgum tidak memerlukan persiapan banyak sebelum ditanam. 

Wamentan Sudaryono Ajak Pegawai Gelorakan Semangat Pahlawan Wujudkan Swasembada Pangan

"Bahkan di tanah berbatu saja sorgum bisa tumbuh dengan baik. Tidak seperti tanaman padi yang memerlukan air banyak, memerlukan olah tanah,” kata dia dalam diskusi itu.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, sebaran lahan tanaman sorgum banyak berada di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat dengan produktivitas berkisar 3-4 ton per hektare. Sementara di Jawa Tengah dan Jawa Timur produktivitas 4-5 ton per hektare. Total luas lahan sorgum di seluruh wilayah mencapai sekitar 15 ribu hektare.

Sementara Pelaksana Tugas Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Badan Pangan Nasional, Isfahari menilai, semua tanaman pangan lokal Indonesia memiliki potensi untuk memperkuat ketahanan pangan dalam negeri. Juga mampu menurunkan ketergantungan terhadap impor gandum.

"Bayangkan kalau kita bisa mensubstitusi 10 sampai 30 persen terigu yang ada,” kata dia dalam diskusi daring terpisah. Impor gandum Indonesia mencapai sekitar 11 juta ton per tahun.

Kendati diakui Risfaheri bahwa tepung sorgum atau tepung pangan lokal lain belum memiliki sifat mengembang layaknya terigu dari gandum. Namun, kata dia, hal tersebut bisa disiasati dengan teknologi pangan.

"Barangkali para penelitian bisa merekayasa komoditas pangan kita yang tidak punya sifat mengembang bisa disisipkan mungkin seperti zat adiktif yang bisa membuat mengembang,” katanya.

Sebelumnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi gandum dan mulai beralih ke tanaman pangan lokal, seperti singkong, sorgum, dan sagu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya