Sri Mulyani: Konflik Geopolitik Buat Presidensi G20 Indonesia Sulit
- Kemenkeu
VIVA Bisnis – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, konflik geopolitik antara Rusia-Ukraina membuat posisi Indonesia dalam Presidensi G20 menjadi sangat sulit.
Sebab, slogan 'recover together recover stronger' yang diusung dalam Presidensi G20 itu, dicetuskan dengan harapan bahwa negara-negara G20 dan dunia bisa sama-sama melakukan 'recovery' usai dihantam pandemi COVID-19.
"Namun ternyata, baru memasuki bulan Februari 2022 saja ketegangan geopolitik muncul dalam bentuk perang yang terjadi di Ukraina," kata Sri Mulyani dalam telekonferensi, Senin 8 Agustus 2022.
Baca juga: China-Taiwan Semakin Tegang, Pemerintah RI Waspadai Hal ini
Sri Mulyani menjelaskan, peran Rusia-Ukraina itu merupakan perang proxy dari blok-blok negara, yang sebagian atau bahkan seluruhnya merupakan anggota G20. Sehingga, situasi ini jelas sangat menyulitkan bagi Indonesia, sebagai tuan rumah dari perhelatan Presidensi G20 itu sendiri.
Karenanya, Menkeu menegaskan bahwa apabila Indonesia dapat menjaga agar situasi dalam negeri tetap berjalan dengan baik, maka Indonesia juga akan bisa dipercaya dan dihormati sebagai tuan rumah Presidensi G20 tersebut.
Karena dalam menghadapi konflik geopolitik sebagai tantangan baru bagi perekonomian dunia saat ini, Indonesia harus bisa membuktikan negara-negara G20 masih bisa diajak bekerja sama memulihkan kondisi perekonomian alih-alih memilih untuk saling perang.
"Karena pilihan ini akan sangat menentukan dunia akan kondisinya baik-baik saja atau pulih, atau dunia akan kembali menghadapi potensi kehancuran seperti yang terjadi di Perang Dunia I, Perang Dunia II, maupun perang lain yang pasti memporak-porandakan ekonomi dan juga masyarakatnya," ujarnya.
Sebelumnya, Sri Mulyani telah menegaskan bahwa konflik-konflik geopolitik seperti itulah yang membuat ketidakpastian global semakin meningkat akhir-akhir ini. "Karena dengan kondisi geopolitik yang luar biasa besar itu, maka seluruh dunia jadi merasa tidak aman," ujar Sri Mulyani.
Dia menilai, dengan situasi geopolitik yang penuh kompetisi dan adanya potensi perang, hal itu membuat semua negara saat ini semakin berhati-hati dalam mengambil langkah kebijakan. Sehingga, masing-masing negara saat ini akan berupaya untuk terus memperkuat dan meningkatkan ketahanan perekonomiannya.
"Artinya, proteksionisme kemungkinan akan semakin besar, dan blok akan semakin menguat," ujarnya.