Bantu Petani, Nusantara Green Energi Bangun Pabrik Sawit Tanpa Uap

Kelapa sawit
Sumber :
  • vstory

VIVA Bisnis – PT Nusantara Green Energi akan membangun Pabrik Minyak Sawit Tanpa Uap (PMTU) di Batang Hari, Jambi. Dengan adanya teknologi PMTU ini biaya produksi lebih terjangkau dan petani diharapkan akan mempunyai pabrik sawit secara mandiri.

Mendag Budi Janjikan Harga MinyaKita Turun dalam Dua Hari

Wakil Direktur Utama Nusantara Green Energi Petrus Chandra menjelaskan, selama ini pabrik sawit konvensional menggunakan uap dalam proses pembuatan minyak goreng. Di mana dengan hal itu membutuhkan air yang banyak.

"Karena perlu boiler (ketel uap) dia perlu air yang banyak dan itu kalau kecil nggak efisien harus besar dan perlu air. Karena perlu air maka hampir semua pabrik sawit itu adanya dekat sungai. Padahal di Indonesia kebun sawit tidak semuanya dekat sungai," ujar Petrus saat dihubungi VIVA Bisnis, Rabu 3 Agustus 2022.

Asosiasi Pedagang Kelontong Tolak Rancangan Permenkes Soal Kemasan Rokok Polos

Baca juga: Stok Pertalite Cuma Cukup 15 Hari Lagi, Ini Kata Pertamina

Menurutnya, kebun sawit banyak yang di daerah pedalaman atau pegunungan yang tidak memiliki akses air. Maka dari itu banyak fenomena yang terjadi di dekat sungai banyak pabrik, tetapi kekurangan kebun.

Mentan Blacklist 4 Perusahaan Pengedar Pupuk Palsu, Rugikan PetaniRp3,23 Triliun

"Nah jadi terjadilah inefisiensi (ketidakefisienan) logistik, jadi buah itu harus dikirim dari kebun ke pabrik. Akibatnya kan ada ongkos, dan ongkos ini selama ini ditanggung oleh petani. Dan karena jauh kadang-kadang buahnya jadi rusak karena lamanya perjalanan," jelasnya.

Selain itu dengan menggunakan teknologi ini, kapasitas pabrik pengolahan minyak sawit yang ukuran biasa mencapai 30 ton, 45 ton, dan 60 ton. Dengan adanya teknologi ini maka produksi bisa hanya sebesar 5 ton.

"Karena dia kecil-kecil dan nggak perlu sungai pabriknya bisa dibuat di kebun atau dekat kebun, jadi dengan demikian dekat kebun maka petani bisa jadi pemilik kalau gede-gede nggak punya duitnya kan petani. Tapi kalau cuman 5 ton mampulah kelompok petani itu bisa memilikinya atau kemitraan dengan swasta," jelasnya.

Petrus mengatakan, dari pabrik konvensional yang pada proses memasaknya membutuhkan air maka akan menghasilkan limbah. Dengan adanya PMTU maka proses pemasakan sawit tidak direbus melainkan dipanggang, dan itu tidak menghasilkan limbah yang dapat mencemari sungai.

"Kalau kita nggak pake uap, pake apa? Maka kita memproses sterilisasinya menggunakan udara panas, bahasa sederhananya kalau yang tadi direbus ini di panggang. Dengan dipanggang kita tidak perlu boiler, karena nggak perlu boiler nggak perlu sungai," katanya.

Buruh memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di areal perkebunan sawit

Photo :
  • ANTARA FOTO/Jojon

"Karena nggak ada airnya juga dia nggak punya limbah jadi sudah lebih murah, tidak perlu air dan tidak adanya limbah. Jadi itu keuntungan yang utama lah," tambahnya.

Petrus menyatakan, dengan adanya teknologi ini sesuai dengan arahan presiden Jokowi diharapkan petani akan menjadi tuan karena mempunyai pabrik sendiri.

"Lebih baik juga, dengan teknologi ini prosesnya hanya sampai 80 derajat. Jadi tidak sampai mendidih sehingga proteinnya nggak rusak," jelasnya.

Sebab, dengan pabrik minyak sawit saat ini atau konvensional menggunakan uap tekanan yang dihasilkan mencapai 140 derajat.

"Padahal 120 derajat itu vitamin A nya mulai rusak. Jadi bahwa buah sawit itu punya vitamin yang  banyak sekali, tetapi dengan diprosesnya dengan temperatur tinggi rusak lah itu si vitamin tersebut," katanya.

Adapun untuk pembangunan PMTU ini diperkirakan membutuhkan waktu selama 6 bulan hingga 8 bulan, yang sudah dimulai pada 2 Agustus 2022 kemarin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya