Kemenkeu Waspadai Perlambatan Ekonomi Meski PMI Kembali Menguat
- istimewa
VIVA Bisnis – Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menyatakan terus mewaspadai dampak perlambatan ekonomi dunia yang sedang terjadi. Meski sektor manufaktur Indonesia, sejak September selalu berada pada zona ekspansi dan kini kembali menguat.
Febrio mengatakan, hal itu tercermin dari Purchasing Managers‘ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang mencapai 51,3 pada Juli 2022 atau meningkat dibanding Juni 2022 sebesar 50,2.
“Pemulihan domestik yang terus terjadi menjadi faktor utama dari kinerja positif manufaktur Indonesia. Hal ini sejalan dengan pengendalian pandemi COVID-19 yang semakin baik seiring terus ter-akselerasinya tingkat vaksinasi penuh," ujar Febrio dalam keterangan, Selasa 2 Agustus 2022.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini 2 Agustus 2022: Global dan Antam Naik
Febrio melanjutkan, selain itu intervensi melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang terus diperkuat Pemerintah. Diharapkan mampu terus menjaga momentum pemulihan ini.
"Tekanan harga khususnya non-energi dunia yang mulai mereda secara gradual juga diharapkan terus menjadi faktor positif ke depannya," jelasnya.
Adapun tren positif manufaktur ini juga diikuti dengan pembukaan lapangan kerja yang mencapai rekor tercepat dalam 10 tahun terakhir. Sebab laju ekspansi ini sejalan dengan survey Bank Indonesia mengenai tren kapasitas produksi manufaktur, yang secara konsisten meningkat dalam dua triwulan terakhir dan mulai mendekati level prapandemi.
Febrio mengatakan, peningkatan produksi tersebut terjadi seiring dengan permintaan konsumen domestik yang menguat. Permintaan dari sisi konsumsi itu akan terus dijaga agar kinerja manufaktur yang menguat dapat terus menopang pemulihan ke depan.
"Meskipun demikian, dampak perlambatan ekonomi dunia perlu diwaspadai, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan perdagangan dunia dalam World Economic Outlook (WEO) yang direvisi -0.9 poin persentase di tahun 2022," ujarnya.
Karena selain dinamika ekonomi global, stabilitas harga domestik akan terus menjadi perhatian. Itu seiring dengan tren inflasi yang meningkat pada Juli 2022 yang mencapai 4,94 persen secara year on year (yoy).
"Hal ini masih dipengaruhi oleh kenaikan harga cabai dan bawang merah, bahan bakar rumah tangga nonsubsidi, serta tarif angkutan udara," jelasnya.