BI: Depresiasi Rupiah Lebih Rendah Dibandingkan Negara Lain

Ilustrasi rupiah melemah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA Bisnis – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa indeks harga konsumen (IHK) pada Juni 2022 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,61 persen secara month-to-month, atau 4,35 persen secara year-on-year.

Rupiah Melemah ke Rp 15.788/US$ Tertekan Pilpres AS hingga The Fed

Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI), Wira Kusuma mengakui, inflasi IHK itu lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya, yang mencapai sebesar 3,55 persen secara year-on-year.

"Meskipun rupiah kita terlihat minus 4,9 point-to-point pada 20 Juli 2022 dibandingkan 2021, tapi depresiasinya relatif lebih rendah jika dibandingkan negara-negara lain seperti India atau Malaysia," kata Wira dalam telekonferensi, Senin 25 Juli 2022.

BI dan Otoritas Moneter Singapura Perpanjang Kerja Sama Keuangan hingga 2027, Intip Detailnya

Baca juga: Ekspansi ke Bisnis SPKLU, Charger Kendaraan Listrik Bisa di Gerai KFC

Meski demikian, Wira mengaku bersyukur bahwa inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,63 persen secara year-on-year (yoy). Dia menjelaskan, kondisi ini didukung oleh adanya konsistensi kebijakan Bank Indonesia, terutama dalam hal menjaga ekspektasi inflasi.

Rupiah Melemah ke Level Rp 15.760 per Dolar AS Pagi Ini

"Sementara itu, inflasi kelompok volatile food juga meningkat, terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca," ujarnya.

Rupiah melemah terhadap dolar AS.

Photo :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU/aa

Di sisi lain, lanjut Wira, inflasi kelompok 'administered prices' atau harga-harga komoditas yang diatur oleh pemerintah, juga masih tercatat tinggi. "Akibat dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara dan energi," kata Wira.

Ke depan, tekanan inflasi IHK diperkirakan masih akan meningkat, didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan global. Inflasi IHK pada 2022 diprakirakan juga lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan kembali ke dalam sasaran 3,0+/-1 persen pada 2023.

"Karenanya, Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, melalui tim pengendalian inflasi baik yang ada di pusat maupun di daerah," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya