BBM Non Subsidi Naik, Seberapa Besar Dampaknya pada Inflasi RI

Petugas mengisi kendaraan konsumen dengan BBM jenis Pertamax Turbo di SPBU Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA Bisnis – Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai, naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi jenis Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite, dan Bright Gas tidak akan berdampak besar terhadap inflasi di Indonesia.

Viral Banyak Mobil Mengalami Kerusakan Fuel Pump, Ingat Bahayanya BBM Busuk

Hal itu karena, ketiga BBM non subsidi itu persentase masyarakat yang menggunakan sangat kecil. Dan hanya digunakan oleh masyarakat golongan menengah ke atas.

"Saya kira dampaknya tidak terlalu besar ya, di mana memang secara konsumen ini kan sangat segmented ya. Hanya orang-orang yang bisa dikatakan paham dengan manfaat dari BBM ramah lingkungan dengan ron yang lebih tinggi, dan juga daripada kualitas mesin, sehingga bisa dikatakan masyarakat golongan menengah ke atas," ujar Mamit saat dihubungi VIVA Bisnis, Senin 25 Juli 2022.

Pertamina Investigasi Viralnya Mobil-mobil Alami Kerusakan Diduga Pakai Pertamax

Baca juga: Harga Emas Hari Ini 25 Juli 2022: Global dan Antam Tergelincir

Maka dengan itu, jelas Mamit tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi. Sebab pengguna BBM non subsidi ini tak lebih dari 6 persen.

Dibuka Menghijau, IHSG Bakal Lanjutkan Penguatan Seiring Kinclongnya Bursa Asia-Pasifik

"Penggunaan untuk BBM yang dinaikkan ini tidak lebih dari berapa persen ya sangat sedikit sekali. Jadi pertamax turbo itu penggunaannya hanya 0,5 persen, sedangkan pertamina Dex dan Dexlite itu hanya 5 persen. Jadi ya nggak lebih dari 6 persen penggunaanya," jelasnya.

Lebih lanjut Mamit mengatakan, dengan Pertamina menaikkan harga BBM non subsidi merupakan langkah yang tepat. Ketepatan itu katanya ada pada dua hal.

Ilustrasi grafik inflasi Indonesia

Photo :
  • vstory

"Pertama dari sisi harga minyak dunia itu sendiri kan saat ini masih sangat sudah cukup tinggi ya, sudah mengalami kenaikan yang cukup besar. Kedua kalau kita lihat mengacu pada formulasi tersebut bahwa salah satunya terkait dengan kurs mata uang rupiah," terangnya.

Karena, pada kurs mata uang rupiah Indonesia saat ini sedang berada dalam posisi tertekan akibat dari resesi global yang saat ini tengah terjadi. Bahkan sudah menimpa beberapa negara di dunia.

"Jadi saya kira ini sudah wajar sih kalau menurut saya, karena memang tadi harga minyak dunia juga sedang tinggi, dan secara otomatis pertamina harus menyiapkan penyesuaian. Apalagi kan kita lihat bahwa SPBU swasta juga sudah menaikkan terlebih dahulu," kata Mamit.

Nozzle BBM jenis Dexlite di SPBU Pertamina

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga BBM non subsidi. Hal yang menyebabkan kenaikan itu dilakukan mengikuti harga keekonomian akibat harga minyak dan gas dunia.

Adapun untuk harga Pertamax Turbo yang sebelumnya dijual senilai Rp14.500 per liter menjadi Rp16.200 per liter. Pertamina Dex dari Rp13.700 per liter menjadi Rp16.500 per liter.

Kemudian harga Dexlite dari Rp12.950 naik menjadi Rp15.000 per liter. Sedangkan harga elpiji Bright Gas juga naik sekitar Rp2.000 per kilogram.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya