RI Masih Jadi Negara Berpendapatan Menengah, Ini yang Perlu Dievaluasi

Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Bisnis – Indonesia dalam laporan Bank Dunia masih dikategorikan ke dalam negara berpendapatan menengah atau middle income country. Meskipun sebelumnya sempat naik status menjadi upper middle income pada 2020 lalu, namun kembali turun ke lower middle income dalam laporan 2021-2022.

Hingga saat ini, Indonesia masih belum keluar dari middle income trap. Bahkan, jika melihat standar upah, Indonesia bisa dibilang kalah dibanding dengan negara tetangga seperti Singapura.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, jika Indonesia ingin keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah, banyak yang harus dipersiapkan.

"Pertama tentunya adalah kualitas SDM-nya," ujar Bhima saat dihubungi VIVA Bisnis, dikutip Kamis, 21 Juli 2022.

Sistem Pendidikan Harus Ditingkatkan

Ilustrasi kurikulum pendidikan.

Photo :
  • VIVAnews/Fernando Randy

Bhima mengakui, Indonesia memang dipenuhi oleh kelas produktif atau usia yang produktif. Tetapi banyak dari sumber daya manusia (SDM) Indonesia tingkat pendidikannya rendah.

"Banyak lulusan SMK menganggur. Ini Jadi pertanyaan besar untuk memperbaiki sistem pendidikan. Sehingga kualifikasi tenaga kerjanya bisa terus meningkat," jelasnya.

Birokrasi yang Bersih

Ilustrasi: Penyidik KPK saat rilis barang bukti kasus korupsi

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Kemudian kedua, yaitu birokrasi yang bersih. Sehingga dengan birokrasi bersih akan membuat daya saing menjadi sehat.

"Itu juga terkait dengan pemberantasan korupsi, suap. Sehingga banyak bisnis tertarik termasuk UMKM juga tertarik membuka usaha di Indonesia.Kalau perizinannya rumit ya susah banyak yang akan memilih negara lain,' ujar Bhima.

Infrastruktur Dasar

Pelajar nekat melewati jembatan lapuk.

Photo :
  • tvOne/Joni Banne Tonapa (Toraja)

Bhima melanjutkan, untuk yang ketiga adalah infrastruktur dasar. Dalam hal ini termasuk infrastruktur telekomunikasi, kawasan industri, dan logistik. Itu jelasnya diperlukan untuk menarik lebih banyak industri manufaktur dan pengolahan.

"Sehingga industri pengolahan tadi bisa menyerap banyak tenaga kerja dan sekarang industri pengolahan bergerak ke perakitan baterai, kendaraan listrik, dan ini salah satu potensi yang harus bisa dikembangkan Indonesia," tegasnya.

Gizi dan Air Bersih

Ilustrasi penderita gizi buruk.

Photo :
  • VIVAnews/Unggul Fahmi

Bhima mengatakan, jika Indonesia ingin mempunyai SDM yang baik dan berkualitas, Pemerintah harus membenahi terkait gizi dan air bersih.

PP Properti Dorong Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Bekasi, Begini Caranya

"Kita mau punya SDM yang baik. Kalau masih ada 28 persen penduduk mengalami stunting atau gagal tumbuh, jadi gizi sanitasi air bersih itu salah satu faktor krusial untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia," imbuhnya.

Untuk diketahui, dalam laporan "World Bank Country Classifications by Income Level: 2021-2022", Bank Dunia menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 telah menyebabkan penurunan pendapatan per kapita hampir semua negara di dunia, termasuk Indonesia.

Capai Rp 246,58 Triliun, Realisasi Penyaluran KUR Oktober 2024 Naik 23,4 Persen

"Penurunan pendapatan per kapita ini membuat Indonesia kembali masuk pada kategori negara berpendapatan menengah bawah (Lower Middle-Income Country)," sebagaimana dikutip dari laporan Bank Dunia tersebut.

LPKR Cetak Laba Bersih Rp 18,7 Triliun di Kuartal III-2024, Begini Kontribusi Segmen Gaya Hidup
Vladimir Putin dan Pangeran Saudi MBS saat bertemu di G20 Osaka, Jepang

Presiden Putin dan Pangeran MBS 'Teleponan', Ini yang Dibahas

Presiden Rusia, Vladimir Putin, membahas konflik Palestina-Israel dan situasi pasar minyak global dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS) melalui telepon.

img_title
VIVA.co.id
14 November 2024