Rupiah Loyo Lagi, Kembali Tembus ke Rp15.023 per Dolar AS

Menghitung uang kertas rupiah pecahan 100 ribu (ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA Bisnis – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot melemah pada perdagangan Jumat pagi 15 Juli 2022, pukul 09.14 WIB. Rupiah melemah 3 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp15,023 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya senilai Rp15,020 per dolar AS.

Rupiah Menguat Dipicu Besarnya Peluang Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) terakhir atau kemarin sore, mematok rupiah di angka Rp14.999 per dolar AS.

Analis PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina telah mendorong tekanan ekonomi dan politik global menjadi semakin parah. Setelah sebelumnya dunia sedang berjuang untuk pulih dari pandemi. 

Rupiah Menguat, Kesepakatan Genjatan Senjata Israel-Hisbullah Jadi Sorotan

Baca juga: Dibayangi Ancaman Inflasi, Ketahanan Fiskal RI Mencukupi?

"Rusia sendiri adalah negara pemasok minyak mentah terbesar kedua di dunia. Peperangan yang terjadi ini otomatis mendorong kenaikan harga minyak hingga berkali-kali lipat, dan kemudian menyebabkan kesulitan akses energi," kata Ibrahim dalam riset harian, Jumat 15 Juli 2022. 

Rupiah Melemah Lagi ke Level Rp 15.932 per dolar AS

Sedangkan Ukraina jelas Ibrahim, memegang peran penting dalam perdagangan komoditas dunia. Sebab Ukraina adalah salah satu pemasok gandum terbesar dunia, karena dari perang itu otomatis harga pangan melonjak dan kemudian mendorong terjadinya krisis pangan. 

"Perang ini kemudian berimbas pada lonjakan harga komoditas pangan dan energi dunia, dan kemudian mendorong kenaikan inflasi di berbagai belahan dunia," jelasnya. 

Rupiah Melemah

Photo :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Ibrahim menjelaskan, untuk Indonesia dengan kondisi yang terjadi saat ini masih diuntungkan dan masih jauh dari resesi. Salah satu penopangnya adalah data fundamental ekonomi yang masih kuat. 

"Apalagi komoditas unggulan ekspor terus mengalami peningkatan, membuat penerimaan negara juga meningkat drastis. Walaupun beban subsidi sangat berat untuk menahan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)," ujarnya. 

Namun kata Ibrahim dengan bauran strategi ekonomi, pemerintah dan Bank Indonesia terus bisa mengendalikan lonjakan harga dan terus melakukan intervensi di pasar valas dan pasar obligasi melalui perdagangan DNDF. 

"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.010-Rp15.060," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya