Impor Naik, BKF Sebut Tanda Permintaan Dalam Negeri Masih Kuat
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, kinerja ekspor Indonesia pada Mei 2022 masih tumbuh tinggi, di tengah meningkatnya tekanan dan ketidakpastian global saat ini.
Dia menambahkan, hal itu juga terjadi di tengah upaya Pemerintah untuk mengendalikan lonjakan harga. Serta, memastikan kecukupan pasokan minyak goreng domestik melalui pelarangan ekspor CPO secara temporer.
"Namun kinerja ekspor non-migas masih mampu tumbuh tinggi," kata Febrio dalam keterangannya, Jumat, 17 Juni 2022.
Febrio merinci, ekspor Indonesia pada Mei 2022 tercatat US$21,51 miliar, atau tumbuh 27 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara akumulatif hingga Mei 2022, ekspor migas mampu tumbuh 35,9 persen year-to-year (ytd), Sementara, ekspor non-migas mengalami pertumbuhan hingga 36,4 persen.
Dari sisi produksi, kinerja ekspor pertambangan tumbuh paling tinggi sebesar 114,2 persen (yoy), pertanian 20,32 persen (yoy), dan manufaktur tumbuh 7,78 persen (yoy). Kenaikan harga komoditas global yang terjadi saat ini berdampak pada kinerja ekspor, terutama komoditas energi, mineral, dan logam.
"Pertumbuhan ekspor non-migas yang terus berlanjut akan semakin memperkuat fundamental ekonomi nasional," ujar Febrio.
Kinerja impor juga masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 30,74 persen (yoy). Meski secara bulanan, kinerja impor mengalami perlambatan di bulan Mei 2022 (-5,81 persen), sejalan dengan pergerakan indikator PMI manufaktur yang melambat.
Meski masih dalam zona ekspansif, hal itu terutama terkait dengan gangguan rantai pasok global, khususnya akibat kebijakan lockdown ketat di Tiongkok. Secara tahunan, impor migas tumbuh 62,64 persen dan impor non-migas tumbuh 25,33 persen.
Komoditas yang masih mendorong peningkatan impor Mei 2022 antara lain, gula dan kembang gula, bahan bakar mineral, dan daging hewani. Sementara itu, impor bahan baku tumbuh 33,95 persen (yoy), barang modal tumbuh 29,18 persen, dan barang konsumsi tumbuh 7,83 persen.
"Pertumbuhan impor barang modal dan bahan baku menunjukkan masih kuatnya permintaan dalam negeri, seiring masih berlanjutnya ekspansi aktivitas industri. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi yang tumbuh lebih tinggi di bulan Mei 2022 jika dibandingkan April 2022, mengindikasikan semakin kuatnya pemulihan daya beli masyarakat," ujarnya.