Sapi Digantung untuk Dipindahkan, Kemenhub Pastikan Bukan Kapal Ternak
- Dokumentasi Kemenhub.
VIVA – Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub menjamin kelancaran distribusi pangan menggunakan moda transportasi laut. Salah satunya dengan menyediakan trayek Kapal Ternak untuk mewujudkan swasembada pangan dalam hal ini daging sapi dan kerbau.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Arif Toha menjelaskan, Kapal Ternak ini sejalan dengan diberlakukannya Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2017, Tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Dari Dan Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar Dan Perbatasan.
"Penyelenggaraan angkutan khusus ternak mengalami peningkatan setiap tahunnya mulai dari aspek armada, trayek, jumlah ternak yang diangkut hingga penambahan pelabuhan bongkar dan pelabuhan muat," kata Arif dikutip dari keterangannya, Jumat, 18Â Juni 2022.
Dia pun merespons terkait viralnya video kapal yang mengangkut sapi dan tidak memperhatikan animal walfare di media sosial. dalam video tersebut nampak pemindahan sapi hidup dilakukan dengan digantung di leher dari sebuah kapal ke area dermaga.
"Dengan menggunakan Kapal Ternak, tentu perlakuan kepada hewan dalam hal ini sapi  memperhatikan kaidah-kaidah kesejahteraan hewan (animal welfare)," tegasnya.
Adapun 6 Kapal Ternak dilayani oleh KM Camara Nusantara 1-6 dengan spesifikasi  anjang keseluruhan kapal (LOA) ±69.78 m, lebar ±13.6 m dan kapasitas ruang muat yang mencapai 150 Ton. Kapal Angkutan Khusus Ternak dapat mengangkut ternak dengan kapasitas sebanyak 550 ekor ternak sapi.
"Kapal Ternak di tahun 2015 itu awalnya cuma ada 1 trayek dengan 4 pelabuhan muat dan 4 pelabuhan bongkar dengan realisasi muatan sebanyak 353 ekor," ujar Arif.
Selanjutnya, di tahun 2016 realisasi muatan ternak meningkat signifikan menjadi 8.403 ekor dan sedikit menurun di tahun 2017 menjadi 7.990 ekor.
"Tahun 2018 trayek Kapal Ternak bertambah menjadi 6 trayek dengan 10 pelabuhan muat dan 7 pelabuhan bongkar. Realisasi muatan pun meningkat tajam menjadi 34.134 ekor," ujarnya.
Di tahun 2019, realisasi muatan meningkat menjadi 42.726 ekor dan tahun 2020 42.984 ekor. “Setiap tahun bertambah karena manfaat keberadaan Kapal Ternak dapat dirasakan oleh masyarakat. Selain kondisi kesehatan dan kesejahteraan hewan yang jadi lebih baik, ongkosnya juga murah karena ada subsidi," jelasnya.
Dirlala mengungkapkan, berat susut ternak dengan adanya kapal ternak adalah kurang lebih 5 persen. Sehingga terjadi penurunan kurang lebih 10 persen bobot susut ternak dari ternak yang diangkut menggunakan kapal non ternak/kapal cargo biasa yang susut bobotnya mencapai 10-20 persen. Penurunan bobot susut ini memberikan manfaat kepada pemilik ternak secara tidak langsung.
"Fasilitas Kapal khusus Ternak sudah difasilitasi aspek kesejahteraan hewan (animal welfare). Hal ini sangat memengaruhi susut bobot ternak yang lebih rendah. Dan konon dengan kenyamanan angkutan ternak yang diperoleh ternak akan meningkatkan kualitas daging," ungkapnya.
Kapal Ternak juga memiliki jadwal trayek yang teratur membantu menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat peternak di daerah sentra. Distribusi ternak dari wilayah sentra ternak untuk kebutuhan pasokan daging sapi di wilayah konsumsi menjadi lebih lancar.Â
Sebelumnya, jadwal trayek non Kapal Ternak sesuai permintaan penyewa saja. Sehingga hanya pelaku usaha tertentu yang lebih dominan memperoleh kesempatan memasarkan ternak.