AS Naikkan Suku Bunga, Sri Mulyani Kurangi Defisit APBN 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • Anisa Aulia/VIVA.

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, dampak dari Bank Sentral Amerika Serikat (the Fed) yang telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin.

5 Alasan Inflasi Tetap Terkendali Meski PPN Jadi 12 Persen pada 2025

Dari naiknya suku bunga tersebut Ani begitu sapaan akrabnya mengatakan, kenaikan inflasi di AS yang sampai Mei tidak menurun bahkan meninggi. Membuat pasar berekspektasi bahwa akan terjadi kenaikan suku bunga acuan. Dan itu membuat pasar menantikan keputusan apa yang akan diambil the Fed.

“Pernyataan the Fed harus segera melakukan langkah untuk menangani atau mengontrol inflasi itu, sebetulnya itu yang ditunggu-tunggu oleh market. Kemarin sudah di deliver dengan 75 basis poin kenaikan,” ujar Ani kepada awak media, Kamis 16 Juni 2022.

Pertumbuhan Ekonomi hingga Inflasi Dipastikan Terjaga PPN Jadi 12 Persen, Sistem Perpajakan Makin Kuat

Baca juga: Sri Mulyani Ingatkan Risiko yang Intai Ekonomi Global, RI Siapkan Ini

Ani menyatakan, dengan naiknya suku bunga acuan AS tersebut telah disampaikannya di berbagai kesempatan termasuk kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

LPI Survei 10 Menteri Kabinet Prabowo dengan Kinerja Terbaik: Nomor 1 dan 4 Mengejutkan

“Karena memang kenaikan inflasi di AS yang bahkan semakin meningkat pasti akan direspons oleh policy,” jelasnya.

Selain itu katanya, kebijakan fiskal haruslah hati-hati. Untuk tahun ini Ani bersyukur Indonesia mendapatkan penerimaan yang bagus, di mana itu berasal dari kenaikan harga-harga komoditas dan pemulihan ekonomi.

“Sehingga penerimaan perpajakan kita, PNBP kita meningkat Rp420 triliun. Tapi kita juga tahu bahwa kenaikan harga-harga terutama untuk barang bersubsidi seperti pangan, dan juga untuk energi itu mendapatkan dampak yang sangat besar,” jelasnya.

Karyawan menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat

Photo :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Melalui hal itu menurutnya, harus dikelola dengan menganggarkan daya beli masyarakat, memulihkan ekonomi, tapi di sisi lain juga mengurangi defisit.

“Itu penting dalam kondisi cost of fund akan naik dengan kenaikan suku bunga the fed dan tren di European Central Bank juga hal yang sama, keniscayaan itu pasti terjadi. Jadi, cara kita untuk melindungi APBN, melindungi ekonomi dengan mengurangi eksposure dari utang dengan menurunkan defisit,” terangnya.

Ani melanjutkan, pemerintah dengan itu akan mengurangi eksposur utang dengan menurunkan defisit. Karena itu sejalan dengan konsolidasi fiskal yaitu, menurunkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) di bawah 3 persen pada 2023.

“Pendanaannya karena penerimaan cukup kuat dan silpa cukup kuat itu bisa mengurangi issuance kita dari surat berharga. Sehingga dengan kenaikan suku bunga tapi kemudian issuance kita lebih sedikit, kita berharap debt to PDB ratio bisa kita turunkan defisit turun, pembiayaannya menjadi turun. Itu cara kita untuk mengamankan,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya